TEMPO.CO, Jakarta - Ukraina mengaku sistem pertahanan udara AS dan Jerman efektif menahan gelombang serangan udara Rusia yang menurut Kyiv menargetkan warga sipil dan bangunan tempat tinggal.
Dalam pidato video malamnya pada hari Minggu, Presiden Volodymyr Zelensky mengatakan sistem pertahanan udara canggih, termasuk Patriot buatan AS dan IRIS-T Jerman, terbukti "sangat efektif" dan "sudah memberikan hasil yang signifikan."
Zelensky mengatakan Ukraina telah menembak jatuh sebagian besar serangan Rusia selama seminggu terakhir, termasuk 65 rudal dari berbagai jenis dan 178 drone serbu, termasuk 87 Shahed buatan Iran.
Militer Ukraina mengatakan bahwa Rusia telah meluncurkan 30 rudal dan 48 serangan udara.
"Sayangnya, ada korban jiwa dan luka-luka di antara penduduk sipil. Bangunan tempat tinggal dan infrastruktur sipil lainnya mengalami kehancuran," kata militer dalam sebuah pernyataan.
Serangan itu mengikuti apa yang dikatakan Zelensky sebagai serangan bom pada Sabtu malam di pusat transfusi darah di kota Kupiansk, sekitar 16 km dari garis depan di wilayah timur Kharkiv. Dia menggambarkan serangan itu sebagai kejahatan perang.
Rusia membantah dengan sengaja menargetkan warga sipil atau rumah sakit militer dalam invasi besar-besaran ke Ukraina, yang telah menewaskan ribuan orang, mencederai jutaan orang, dan menghancurkan kota-kota.
Serangan Drone ke Moskow
Di Rusia, bandara Vnukovo Moskow menangguhkan penerbangan pada hari Minggu, dengan alasan yang tidak disebutkan. Walikota Moskow Sergei Sobyanin mengatakan sebuah drone telah ditembak jatuh di selatan ibu kota.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan sebelumnya telah melakukan serangan yang berhasil di pangkalan udara Ukraina di wilayah Rivne dan Khmelnytskyi barat dan wilayah Zaporizhzhia selatan. pasukannya melancarkan serangan kelompok menggunakan senjata presisi jarak jauh dan berbasis laut dan semua target telah dinetralkan.
Wakil gubernur wilayah Khmelnytskyi, Serhiy Tiurin, mengatakan sebuah lapangan terbang militer di Starokostiantyniv menjadi salah satu sasaran. Dia mengatakan sebagian besar rudal ditembak jatuh, tetapi ledakan telah merusak beberapa rumah, lembaga budaya dan terminal bus, dan kebakaran terjadi di lumbung biji-bijian.
Ukraina sudah dua bulan menjalani serangan balasan yang melelahkan untuk mencoba mendorong keluar pasukan Rusia yang menduduki hampir seperlima wilayahnya.
Ajudan Zelensky, Mykhailo Podoliak, menilai serangan rudal Rusia akhir pekan sebagai tanggapan atas tawaran Ukraina ke negara-negara Global Selatan yang enggan memihak dalam konflik yang telah merugikan ekonomi global.
Pejabat senior dari sekitar 40 negara termasuk Amerika Serikat, China dan India mengadakan pembicaraan tentang konflik di Arab Saudi pada hari Sabtu dan Minggu, tetapi pertemuan tersebut berakhir tanpa tindakan nyata selain komitmen untuk konsultasi lebih lanjut.
Pertemuan tersebut merupakan bagian dari dorongan diplomatik oleh Ukraina untuk membangun dukungan di luar pendukung inti Baratnya. Kepala staf Zelensky, Andriy Yermak, mengatakan diskusi tersebut sangat produktif, namun tidak memberikan rinciannya.
Rusia tidak hadir. Wakil menteri luar negerinya, Sergei Ryabkov, mengatakan pertemuan itu mencerminkan "upaya gagal" Barat untuk memobilisasi negara-negara berkembang di belakang Zelensky.
REUTERS
Pilihan Editor Jokowi: Dunia Tidak Baik-baik Saja, ASEAN Harus jadi Teladan Toleransi dan Persatuan