TEMPO.CO, Jakarta - Iran pernah menyerang Israel pada April 2024, tetapi tidak memberikan dampak yang berarti. Serangan Selasa malam, 1 Oktober 2024, dinilai para analis berbeda dari yang pertama.
Serangan rudal balistik Iran terhadap Israel kali ini lebih besar, lebih kompleks, dan melibatkan lebih banyak senjata canggih daripada serangan pada April, kata para ahli kepada Reuters. Serangan ini memberikan tekanan yang lebih besar pada pertahanan rudal dan memungkinkan lebih banyak hulu ledak yang bisa masuk.
Meskipun puing-puing dari lebih dari 180 rudal masih dikumpulkan dan dianalisis, para ahli mengatakan bahwa serangan terbaru tampaknya menggunakan rudal Fattah-1 dan Kheybarshekan milik Iran, yang keduanya memiliki jangkauan sekitar 1.400 kilometer.
Iran mengatakan bahwa kedua rudal tersebut memiliki hulu ledak manuver, yang dapat mempersulit pertahanan, dan menggunakan bahan bakar padat, yang berarti rudal tersebut dapat diluncurkan dengan sedikit peringatan.
"Persiapan peluncuran yang lebih singkat berarti rudal-rudal itu tiba sekaligus untuk lebih menekankan pertahanan," kata Jeffrey Lewis, direktur Program Nonproliferasi Asia Timur di Pusat Studi Nonproliferasi James Martin di Middlebury Institute of International Studies di California.
"Rudal-rudal itu dapat bermanuver sedikit untuk mempersulit alokasi pencegat, dan dengan bermanuver, rudal-rudal itu dapat menyerang dengan akurasi yang lebih baik untuk mencapai target setelah melewatinya."
Beberapa rudal Fattah-1 digunakan dalam serangan pada bulan April, yang sebagian besar dikalahkan oleh pertahanan rudal AS dan Israel. Tetapi sebagian besar adalah rudal balistik Emad berbahan bakar cair, yang memiliki tingkat kegagalan 50%, kata Lewis, dan hanya memiliki akurasi yang cukup untuk mencapai target berdiameter lebih dari 1 km.
Sebaliknya, Iran mengatakan bahwa rudal balistiknya yang lebih canggih memiliki "kemungkinan kesalahan melingkar" sekitar 20 meter, yang berarti setengah dari semua rudal yang ditembakkan ke target akan mendarat dalam jarak 20 meter dari target. Rudal-rudal itu adalah "rudal balistik paling canggih milik Iran yang mampu menjangkau Israel," kata Fabian Hinz, rekan peneliti untuk urusan pertahanan dan militer di International Institute for Strategic Studies (IISS).