TEMPO.CO, Jakarta - Angkatan Bersenjata Lebanon membantah laporan tentang unit-unitnya yang menarik pasukan dari posisinya di perbatasan Israel di selatan negeri itu. Penarikan ini bersamaan dengan rencana serangan darat "terbatas dan terarah" Israel ke Lebanon selatan setelah kematian Hassan Nasrallah.
"Beberapa media melaporkan informasi yang tidak akurat tentang penarikan tentara dari pos perbatasan selatan sejauh beberapa kilometer mengingat persiapan musuh untuk melakukan operasi darat di dalam wilayah Lebanon," kata Angkatan Bersenjata Lebanon, sebagaimana disiarkan NNA, kantor berita pemerintah Lebanon, pada Selasa, 1 Oktober 2024.
"Komando Angkatan Darat mengklarifikasi bahwa unit militer yang dikerahkan di selatan sedang menerapkan reposisi di beberapa titik pemantauan," kata militer Lebanon. "Pimpinan militer juga terus bekerja sama dan berkoordinasi dengan Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL)."
Pasukan UNIFIL, yang berasal dari berbagai negara termasuk Indonesia, berjaga di Garis Biru (Blue), garis demarkasi yang memisahkan Lebanon dan Israel. Garis itu ditetapkan PBB pada 7 Juni 2000.
Sementara itu Panglima Angkatan Darat, Jenderal Joseph Khalil Aoun, telah bertemu dengan anggota parlemen dari blok Pembaruan, yakni Fouad Makhzoumi, Ashraf Rifi, dan Michel Moawad. Mereka membahas situasi negara sehubungan dengan agresi Israel. Fouad Makhzoumi adalah pendiri Partai Dialog Nasional, partai politik sekular Lebanon.
Setelah membunuh Hassan Nasrallah, pemimpin Hizbullah, Israel memutuskan untuk menyerang Lebanon selatan. Mereka mengumumkan agar Lebanon mengevakuasi penduduk di wilayah dekat perbatasan. Israel bermaksud menyerang infrastruktur Hizbullah di sepanjang perbatasan dan menetralkannya.
Pilihan editor: