Bagaimana nasib Kesepakatan Abraham setelah Serangan 7 Oktober?
Ketika Kesepakatan Abraham ditandatangani oleh UEA, Bahrain dan Israel, dan semua penandatangan difoto Bersama, Donald Trump tersenyum lebar. Tapi ada yang kurang dalam foto itu. Pemain utama dalam kawasan tersebut tidak hadir, yaitu Arab Saudi. Meski begitu, ada spekulasi Arab Saudi akan segera menyusul dan menormalkan hubungan dengan Israel.
Tiga tahun kemudian, dalam sebuah wawancara terobosan dan luas dengan Fox News, yang disiarkan pada 20 September 2023, Putra Mahkota Mohammed bin Salman memberikan isyarat terbesar bahwa terobosan bersejarah semacam itu mungkin akan segera terjadi.
"Setiap hari kami semakin dekat," kata putra mahkota Saudi kepada Bret Baier dari Fox News, seraya menambahkan bahwa Arab Saudi dapat bekerja sama dengan Israel, meskipun ia menambahkan bahwa perjanjian semacam itu, yang akan menjadi "kesepakatan bersejarah terbesar sejak berakhirnya Perang Dingin," akan bergantung pada hasil positif bagi Palestina.
Lebih dari dua minggu kemudian, pada 7 Oktober 2023, Hamas dan sekutunya menyerang Israel. Semua taruhan telah berakhir, dan Kesepakatan Abraham tampaknya ditakdirkan untuk menjadi seperti semua inisiatif sebelumnya dalam proses perdamaian Israel-Palestina sejak Konferensi Madrid pada 1991.
Namun, kata beberapa pengamat, terlepas dari kematian dan kehancuran pada tahun lalu, adalah salah jika menghapus perjanjian itu sepenuhnya, dan apakah proses itu dapat dihidupkan kembali atau tidak, tergantung pada siapa di antara dua kandidat utama dalam pemilihan presiden AS yang akan datang, yang akan diberikan kunci Gedung Putih oleh para pemilih Amerika pada 5 November.
"Saya tidak yakin saya akan menggambarkan perjanjian ini sebagai sebuah dukungan untuk hidup," kata Sanam Vakil, direktur Program Timur Tengah dan Afrika Utara di Chatham House (Royal Institute of International Affairs).
"Mereka sebenarnya sedang menghadapi badai yang sangat sulit dari perang Gaza. Hal ini tentu saja menempatkan kepemimpinan dan pengambilan keputusan di UEA dan Bahrain di bawah mikroskop, dan tentu saja hal ini menimbulkan dinamika domestik yang sulit bagi para pemimpin ini untuk menavigasinya, katanya.
"Namun pada saat yang sama, mereka tetap berkomitmen terhadap Kesepakatan Abraham dan belum menunjukkan keinginan untuk mundur dari kesepakatan tersebut atau memutuskan hubungan diplomatik. Mereka justru berargumen bahwa dengan memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, mereka memiliki jalan yang lebih baik untuk mendukung Palestina dan bekerja di belakang layar dengan Israel."
AL JAZEERA | ARAB NEWS | THE NEW ARAB | TIMES OF ISRAEL
Pilihan Editor: Di Tengah Perang Gaza, Israel Rayakan 4 Tahun Normalisasi Hubungan dengan 4 Negara Arab