TEMPO.CO, Jakarta - Jaksa Penuntut Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mendesak Kamar Pra-Persidangan Mahkamah untuk mengeluarkan surat perintah penangkapan "dengan sangat mendesak" untuk Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dan Menteri Pertahanan, Yoav Gallant, serta para pemimpin Hamas, Yahya Sinwar dan Mohammed Deif, lapor Anadolu Agency.
Surat perintah penangkapan tersebut "diperlukan untuk memastikan bahwa mereka tidak menghalangi atau membahayakan penyelidikan atau proses pengadilan, mencegah berlanjutnya kejahatan yang dituduhkan dan/atau kejahatan Statuta Roma lainnya," tulis Karim Khan, Senin, 9 September 2024.
Pada Mei, Khan mengumumkan bahwa Pengadilan sedang mencari surat perintah penangkapan untuk Netanyahu dan Gallant atas tuduhan melakukan kejahatan perang.
Dia juga telah meminta surat perintah untuk tiga pemimpin Hamas: Sinwar, Deif dan Dr. Ismail Haniyeh, yang dibunuh pada Juli saat mengunjungi Iran.
Dalam pengajuan barunya, Khan menarik permohonan surat perintah untuk memburu almarhum Haniyeh.
Namun, ia tidak menarik permohonan surat perintah penangkapan untuk Deif, seorang pemimpin Hamas yang diklaim telah dibunuh Israel pada bulan Juli.
Khan mengatakan bahwa pihak kejaksaan masih mengumpulkan informasi mengenai "kematian Deif yang dilaporkan" dan akan mencabut permohonannya "jika ada informasi yang cukup dan dapat dipercaya yang mengonfirmasi kematiannya."
ICC tidak mendapat akses memasuki Gaza
Mahkamah Pidana Internasional (ICC) telah meminta penyelidikan atas pembantaian Khan Younis baru-baru ini, dengan menggunakan citra satelit dan kecerdasan buatan, Hakim Fouad Baker, anggota Asosiasi Pengacara ICC, mengatakan kepada Al Mayadeen pada Selasa, 10 September 2024.
Pada dini hari Selasa, pasukan pendudukan Israel melakukan serangan udara di kamp pengungsian yang padat di daerah al-Mawasi di provinsi selatan Gaza, Khan Younis, menewaskan sedikitnya 40 orang Palestina dan melukai puluhan lainnya.
Baker menjelaskan bahwa para anggota ICC telah bertemu dan berniat untuk menggunakan kecerdasan buatan dan citra satelit untuk investigasi. Namun, ia menambahkan bahwa konsensus yang ada adalah bahwa investigasi lapangan tidak dapat digantikan oleh kecerdasan buatan, melainkan kedua teknik tersebut harus saling melengkapi.
Ia mengungkapkan bahwa ICC dilarang menggunakan satelit atau mengakses Jalur Gaza untuk melakukan investigasi terhadap pembantaian tersebut.
Namun, "kami menolak untuk bergantung [hanya] pada kecerdasan buatan untuk penyelidikan pembantaian Khan Younis," kata Hakim Baker, karena hal ini akan melemahkan pentingnya penyelidikan di lapangan.
Hakim mengungkapkan bahwa pekerjaan ICC terkendala dan bahwa negara-negara anggota yang mendanai telah mengancam untuk melemahkan investigasi pengadilan melalui tekanan anggaran.
Menyoroti salah satu hambatan utama yang dihadapi pengadilan, Baker menunjukkan bahwa hanya satu orang di ICC yang bertanggung jawab untuk menangani kasus-kasus yang berkaitan dengan Asia, termasuk masalah Palestina.
Mengenai tekanan yang dihadapi oleh ICC, Baker menekankan bahwa sebagian besar pengacara dan hakim yang terlibat dalam kasus melawan Israel telah menjadi sasaran ancaman dan intimidasi, dengan telepon mereka diretas.
Ia mengingatkan bahwa Israel telah mengancam untuk menargetkan anak-anak dari Jaksa Penuntut ICC, Karim Khan, dan juga mengancam mantan Jaksa Penuntut ICC, Fatou Bensouda, ketika ia mengisyaratkan untuk membuka penyelidikan, bahkan menjatuhkan sanksi kepadanya dan mengancam suaminya.
Hakim tersebut mengkritik rancangan undang-undang Kongres Amerika Serikat yang mengizinkan pengenaan sanksi terhadap ICC jika ICC menyelidiki atau menuntut individu-individu yang dilindungi oleh Washington atau sekutunya.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa RUU tersebut menyiratkan bahwa Amerika Serikat memiliki hak untuk menyerbu Den Haag jika surat perintah penangkapan dikeluarkan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu atau Menteri Keamanan Yoav Gallant, sebuah skenario yang ia gambarkan sebagai "sangat berbahaya".
Pilihan Editor: Israel Tawarkan Yahya Sinwar Pelarian Aman dari Gaza dengan Imbalan Sandera