Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Eks Presiden Korea Selatan Terjerat Kasus Nepotisme Carikan Jabatan untuk Menantu, Ini Profil Moon Jae In

image-gnews
Mantan Presiden Moon Jae-in (kiri), yang saat itu menjadi kandidat presiden dari Partai Demokrat, berpose dengan putrinya Moon Da-hye selama kampanye terakhir pemilihan presiden ke-19 di Gwanghwamun Square di Seoul, dalam foto arsip ini dari 8 Mei 2017. /News1
Mantan Presiden Moon Jae-in (kiri), yang saat itu menjadi kandidat presiden dari Partai Demokrat, berpose dengan putrinya Moon Da-hye selama kampanye terakhir pemilihan presiden ke-19 di Gwanghwamun Square di Seoul, dalam foto arsip ini dari 8 Mei 2017. /News1
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Presiden Korea Selatan, Moon Jae In, menjadi tersangka dalam kasus suap terkait bantuannya kepada menantu laki-lakinya untuk mendapatkan posisi strategis di sebuah perusahaan maskapai penerbangan.

Status Moon Jae In terungkap dalam surat penggeledahan yang dikeluarkan oleh Kejaksaan Tinggi Korea Selatan pada Jumat, 30 Agustus 2024. Penggeledahan tersebut dilakukan di rumah anaknya, Moon Da Hye. Status tersangka ini muncul usai mantan menantu Moon, yang disebut Seo, mendapat pekerjaan di maskapai penerbangan Easter Jet yang didirikan Lee Sang Jik.

Penggerebekan di rumah anak Moon juga dilakukan setelah Kejaksaan Korea Selatan menerima laporan aduan terkait soal nepotisme, perekrutan Seo di Thai Eastar Jet pada 2020. Saat ini, Seo telah bercerai dengan Da Hye.

Menurut dokumen tuntutan pengadilan, Moon dan istrinya menafkahi keluarga putri mereka selama beberapa waktu. Namun, dukungan tersebut dihentikan setelah Seo mulai bekerja di Thai Eastar Jet.

Profil Moon Jae In

Moon Jae In, yang menjabat sebagai Presiden Korea Selatan dari 2017 hingga 2022, merupakan salah satu tokoh penting dalam sejarah politik modern Korea Selatan. Sebelum menjadi presiden, Moon adalah pemimpin Partai Demokrat Korea yang liberal pada periode 2015-2016. Ia lahir pada 24 Januari 1953 di Pulau Geoje, provinsi Gyeongsang Selatan, dan dikenal sebagai seorang pengacara serta aktivis hak-hak sipil di Korea Selatan.

Moon Jae In adalah putra sulung dari Moon Yong-hyung dan Kang Han-ok, dari lima bersaudara. Keluarganya memiliki latar belakang yang penuh perjuangan, di mana orang tuanya melarikan diri dari Korea Utara saat Perang Korea, khususnya menjelang serangan musim dingin Cina pada tahun 1950.

Moon menempuh pendidikan di Universitas Kyung Hee, Seoul, pada tahun 1972. Di sana, ia terlibat aktif dalam gerakan mahasiswa yang menentang rezim otoriter Presiden Park Chung-Hee. Aktivisme ini membuatnya dikeluarkan dari universitas dan bahkan sempat dipenjara. Namun, hal tersebut tidak menghentikan semangatnya untuk terus memperjuangkan demokrasi dan hak-hak sipil.

Setelah dikeluarkan dari universitas, Moon bergabung dengan militer Korea Selatan pada tahun 1975 dan bertugas sebagai komando pasukan khusus. Ia turut serta dalam Operasi Paul Bunyan pada Agustus 1976, sebuah operasi militer yang dilakukan setelah dua perwira AS dibunuh oleh pasukan Korea Utara di zona demiliterisasi (DMZ).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Setelah menyelesaikan dinas militernya pada 1978, dikutip dari laman Brittanica, Moon kembali melanjutkan studinya di Universitas Kyung Hee dan lulus dengan gelar sarjana hukum pada tahun 1980. Dua tahun kemudian, ia mendirikan praktik hukum di Busan bersama temannya, Roh Moo-Hyun. Mereka berdua fokus pada kasus-kasus hak sipil dan hak asasi manusia, termasuk membela serikat pekerja dan aktivis mahasiswa yang dianiaya oleh rezim Presiden Chun Doo-Hwan. Ketika demokrasi mulai pulih pada tahun 1987, Roh memasuki dunia politik, sementara Moon melanjutkan kariernya di bidang hukum.

Ketika Roh Moo-Hyun terpilih sebagai presiden pada Desember 2002, Moon diajak untuk bergabung dalam kabinetnya. Setelah Roh mulai menjabat pada Februari 2003, Moon diangkat sebagai sekretaris senior untuk urusan sipil, peran yang membuatnya dikenal sebagai "Bayangan Roh" karena pengaruhnya yang besar dalam pemerintahan.

Pada Maret 2004, ketika Roh menghadapi mosi pemakzulan, Moon menjadi bagian dari tim hukum yang membela Roh di Mahkamah Konstitusi. Berkat dukungan publik yang menentang pemakzulan tersebut, Mahkamah Konstitusi memutuskan untuk mendukung Roh pada Mei 2004. Selain itu, Moon juga membantu mendirikan Kompleks Industri Kaesong, sebuah zona perdagangan bebas yang dikelola bersama oleh Korea Utara dan Korea Selatan, sebagai bagian dari kebijakan "sinar matahari" yang diusung oleh Kim Dae-Jung.

Dikutip dari Forbes, Moon Jae In pertama kali terjun ke dunia politik elektoral pada tahun 2012 dengan memenangkan kursi di Majelis Nasional untuk distrik Sasang, Busan. Pada pemilihan presiden yang digelar pada Desember tahun yang sama, Moon menjadi kandidat Partai Demokrat Bersatu (DUP) dan bersaing melawan Park Geun-Hye, putri dari Park Chung-Hee. Meski kalah tipis, Moon tetap aktif dalam politik nasional.

Pada Februari 2015, ia diangkat sebagai ketua Aliansi Politik Baru untuk Demokrasi (NPAD), penerus DUP. Namun, pada tahun 2016, Moon memutuskan untuk tidak mencalonkan diri kembali untuk kursi Majelis Nasionalnya.

Moon akhirnya terpilih sebagai Presiden Korea Selatan ke-12 pada Mei 2017, setelah pendahulunya, Park Geun-hye, dimakzulkan. Dalam masa jabatannya, Moon menyelenggarakan Olimpiade Musim Dingin di PyeongChang pada tahun 2018.

MYESHA FATINA RACHMAN  I SITA PLANASARI I BRITANNICA I FORBES

Pilihan Editor: Keluarga Eks Presiden Korsel Moon Jae In dalam Pengawasan Ketat Gara-gara Bantu Menantu

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Jeonghan Seventeen Segera Wajib Militer, Apa Ketentuan Wamil di Korea Selatan?

8 jam lalu

Jeonghan SEVENTEEN. Foto: Instagram/@jeonghaniyoo_n
Jeonghan Seventeen Segera Wajib Militer, Apa Ketentuan Wamil di Korea Selatan?

Jeonghan Seventeen mulai 26 September 2024 akan wajib militer, Ini syarat dan ketentuan wamil bagi warga negara Korea Selatan


Wajib Militer Mulai 26 September 2024, Jeonghan Absen Tampil di Seventen Right Here World Tour 2024

9 jam lalu

Jeonghan SEVENTEEN. Foto: Instagram/@jeonghaniyoo_n
Wajib Militer Mulai 26 September 2024, Jeonghan Absen Tampil di Seventen Right Here World Tour 2024

Anggota boy grup Seventeen, Jeonghan akan menjalani wajib militer per 26 September 2024. Ia absen tampil di Seventen Right Here World Tour 2024.


Survei: Dukungan untuk Presiden Yoon Suk Yeol di Level Terendah

2 hari lalu

Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol dan Ibu Negara Kim Keon-hee saat tiba di Bali Minggu, 13 November 2022, untuk menghadiri KTT G20. ANTARA FOTO/Media Center G20 Indonesia/Galih Pradipta/nym.
Survei: Dukungan untuk Presiden Yoon Suk Yeol di Level Terendah

Dukungan publik terhadap Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol dititik terendah sejak dia menjabat sebagai orang nomor satu di Korea


Berawal dari Keluhan An Se-young, Ini 5 Fakta Investigasi Asosiasi Bulu Tangkis Korea Selatan

3 hari lalu

Peraih medali emas An Se Young dari Korea Selatan berpose dengan medalinya selama upacara penyerahan medali Bulu tangkis Tungga Putri Olimpiade Paris 2024 di Porte de La Chapelle Arena, Paris, Prancis, Senin, 5 Agustus 2024. REUTERS/Ann Wang
Berawal dari Keluhan An Se-young, Ini 5 Fakta Investigasi Asosiasi Bulu Tangkis Korea Selatan

Investigasi terhadap Asosiasi Bulu Tangkis Korea Selatan dilakukan setelah atlet tunggal putri An Se-young menyampaikan keluhannya.


Serba-serbi Busan International Film Festival, Sejarah Hingga Karya yang Jadi Sorotan

3 hari lalu

Pemain serial Gadis Kretek Busan International Film Festival ke-28 di Korea Selatan pada Oktober 2023. Dok. Netflix
Serba-serbi Busan International Film Festival, Sejarah Hingga Karya yang Jadi Sorotan

Busan International Film Festival akan hadir pada 2-11 Oktober 2024. Acara ini merupakan festival film paling bergengsi di Asia.


Pabrik Lotte Chemical Indonesia Senilai Rp 63 Triliun di Cilegon Bakal Beroperasi per Maret 2025

4 hari lalu

Menteri Investasi atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani dan Presiden Direktur PT Lotte Chemical Indonesia, Yim Dong Hee, meninjau dari jauh kawasan pembangunan Gedung C3 Splitter (menara di belakang) di kawasan industri petrokimia PT Lotte, di Kota Cilegon, Banten, Rabu, 11 September 2024. C3 Splitter akan berfungsi memisahkan produk propylene dengan propana. TEMPO/Ihsan Reliubun
Pabrik Lotte Chemical Indonesia Senilai Rp 63 Triliun di Cilegon Bakal Beroperasi per Maret 2025

Proses produksi dari pabrik Lotte Chemical itu diharapkan bisa dimulai pada Maret 2025.


KTT REAIM di Seoul Serukan Kontrol Manusia pada Penggunaan AI di Bidang Militer

4 hari lalu

Ilustrasi Kecerdasan Buatan (Yandex)
KTT REAIM di Seoul Serukan Kontrol Manusia pada Penggunaan AI di Bidang Militer

Kontrol manusia tetap dipertahankan dalam AI di militer agar mencegah penggunaan yang memicu penyebaran senjata pemusnah massal.


Belajar dari Korea, Indonesian-Wave Perlu Andalkan Ekonomi Kreatif

4 hari lalu

Lee Ha-yeon, seorang ahli kimchi ternama dan murid-muridnya menyiapkan kimchi di Institut Budaya Kimchi di Namyangju, Korea Selatan, 21 Agustus 2024. REUTERS/Kim Soo-hyeon
Belajar dari Korea, Indonesian-Wave Perlu Andalkan Ekonomi Kreatif

Indonesia perlu mengandalkan ekonomi kreatif sebagai modal diplomasi lunak lewat Indonesian-Wave


10 Barang yang Boleh Dibawa dari Pesawat, Masker Mata hingga Piama

5 hari lalu

Ilustrasi pemakaian penutup mata di pesawat. Shutterstock
10 Barang yang Boleh Dibawa dari Pesawat, Masker Mata hingga Piama

Sebagian barang dari pesawat itu hanya bisa sekali pakai atau tidak dapat digunakan bergantian sehingga bisa dibawa pulang oleh penumpang.


Institut Seni Indonesia dan Seoul National University Kolaborasi Bidang Musik

5 hari lalu

Institut Seni Indonesia dan Seoul National University sepakat berkolaborasi bidang seni, khususnya musik. Sumber: dokumen KBRI Seoul
Institut Seni Indonesia dan Seoul National University Kolaborasi Bidang Musik

Penandatanganan MoU antara ISI dan Seoul National University adalah upaya kedua institusi untuk mengembangkan potensi akademik dan kebudayaan