TEMPO.CO, Jakarta - Hizbullah melancarkan serangan ke Israel. Pada Ahad lalu, Hizbullah meluncurkan ratusan roket Katyusha ke Israel yang menyebabkan kerusakan meski kecil di wilayah tersebut. Serangan Hizbullah ke Israel berlangsung sejak meletusnya perang di Gaza pada Oktober lalu.
Sebelum serangan Hizbullah, militer Israel menghujani Lebanon dengan sekitar 100 jet untuk menggagalkan serangan. Ekspektasi eskalasi antara kedua belah pihak telah meningkat sejak serangan rudal di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel bulan lalu menewaskan 12 anak kecil dan militer Israel membalas dengan membunuh Fuad Shukr, komandan senior Hizbullah, di Beirut.
Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah mengatakan operasi itu diperintahkan setelah Israel melewati semua “garis merah” dalam menyerang pinggiran selatan Beirut. Israel telah menewaskan komandan Hizbullah Fuad Shukr pada akhir Juli.
Berikut lima fakta Israel dan Hizbullah saling menyerang.
1. Israel mengklaim telah merusak persenjataan Hizbullah, benarkah?
Hizbullah diperkirakan memiliki 120.000 hingga 200.000 roket di gudang senjatanya dan telah menembakkan sekitar 8.000 ke posisi militer Israel sejak Oktober. Israel mengatakan serangannya menghancurkan ribuan roket Hizbullah sementara Hizbullah mengatakan pihaknya mengirim sekitar 340 roket Katyusha yang ditujukan ke 11 pangkalan militer.
Nasrallah mengatakan Israel mengklaim memiliki "militer terkuat di kawasan" tetapi "berbohong". Ia menyebutnya "tanda kelemahan". “Klaim Israel, mungkin berlebihan demi keuntungan politik karena belum ada laporan korban jiwa yang signifikan dari pihak pasukan Hizbullah,” kata Imad Salamey, seorang profesor ilmu politik di Universitas Lebanon Amerika di Beirut.
“Namun penghancuran sejumlah besar roket tersebut, jika benar, dapat melemahkan persenjataan Hizbullah dan membatasi kemampuannya untuk mempertahankan operasi militer dalam jangka panjang.”