TEMPO.CO, Jakarta - Badan Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) mengajukan permohonan dana sebesar US$16,5 juta atau Rp256 miliar untuk meningkatkan penanganan terhadap penyakit cacar monyet atau mpox di Afrika Timur dan Selatan.
Direktur Regional Badan PBB untuk Afrika Timur dan Selatan, Etleva Kadilli dalam sebuah pernyataan, Kamis mengatakan anak-anak dan masyarakat rentan berada di ambang meluasnya wabah mpox di wilayah tersebut. Sejumlah kasus cacar monyet yang dikonfirmasi telah terdeteksi di Burundi, Rwanda, Uganda, Kenya, dan Afrika Selatan.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika (Africa CDC) mencatat Burundi telah mengkonfirmasi lebih dari 500 kasus mpox atau cacar monyetdi sekitar 25 dari 49 distrik di negara tersebut.
UNICEF mengatakan hampir 60 persen dari kasus yang terdeteksi adalah anak-anak dan remaja di bawah usia dan anak-anak di bawah usia 5 tahun mencapai 21 persen.
“Selain respons segera untuk menyelamatkan nyawa, upaya komunikasi risiko dan kolaborasi lintas batas, investasi dalam penguatan sistem kesehatan secara keseluruhan, keberlangsungan layanan penting dan fokus pada program yang mendukung kesejahteraan anak secara keseluruhan harus diprioritaskan," kata Kadilli.
Varian baru virus mpox (clade Ib) telah terdeteksi di semua negara yang terkena dampak kecuali Afrika Selatan. Hal itu meningkatkan kekhawatiran karena potensi penularan yang lebih luas di berbagai kelompok umur, khususnya anak-anak, menurut UNICEF.
Mereka juga menyatakan keprihatinan mengenai dampak sekunder wabah cacar monyet atau mpox terhadap anak-anak dan remaja, seperti stigma, diskriminasi, serta gangguan terhadap sekolah dan pembelajaran.
Republik Demokratik Kongo masih menjadi negara yang paling terkena dampak epidemi ini dengan hampir 18.000 kasus tercatat sejak awal 2024, menurut data dari CDC Afrika.
Pilihan Editor: Afghanistan Cari Bantuan untuk Atasi Mpox
ANADOLU