TEMPO.CO, Jakarta - Demonstrasi massa di Bangladesh yang berlangsung sejak Juli lalu akhirnya membuat Perdana Menteri Sheikh Hasina mundur dari jabatannya. Selama 20 tahun berkuasa, unjuk rasa yang dimotori mahasiswa itu telah membuat lebih dari 300 orang tewas.
Ketegangan di Bangladesh beberapa minggu terakhir mungkin merupakan ujian terbesar bagi Sheikh Hasina. Wanita berusia 76 tahun itu telah mengundurkan diri dan meninggalkan Ganabhaban, kediaman megah PM Bangladesh saat para pengunjuk rasa menyerbu tempat itu.
ABP English, mengutip sumber, melaporkan Hasina ditolak untuk tinggal di India. Media lokal India itu menyebut Hasina kini kemungkinan akan menuju ke Eropa.
Mantan menteri luar negeri India Harsh Vardhan Shringla mengatakan sulit bagi Hasina mendapat suaka di India. "India tak pernah menolak memberikan tempat berlindung atau suaka bagi mereka yang berada di lingkungan kami," ujar Shringla, dikutip dari Daily Sun, Selasa, 6 Agustus 2024.
Setidaknya 98 orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka ketika kerusuhan pecah kembali pada hari Minggu lalu, 4 Agustus 2024. Untuk meredakan kerusuhan, polisi menggunakan gas air mata dan peluru karet guna membubarkan puluhan ribu orang yang menuntut pengunduran diri PM Hasina.
Kekerasan tersebut menandai salah satu hari paling mematikan dalam sejarah kerusuhan sipil di Bangladesh. Jumlah korban tewas lebih dari 67 orang yang dilaporkan pada tanggal 19 Juli ketika mahasiswa memprotes sistem kuota untuk pegawai negeri sipil.
Profil Sheikh Hasina
Sheikh Hasina lahir pada 1947, di barat daya Bangladesh, kemudian Pakistan Timur, Hasina adalah anak tertua dari lima bersaudara. Hasina menyelesaikan kelulusannya dalam Sastra Bengali dari Universitas Dhaka pada 1973 dan memperoleh pengalaman politik sebagai perantara bagi ayahnya dan para pengikut mahasiswanya.
Ia merupakan seorang putri pendiri Bangladesh, Sheikh Mujibur Rahman, yang memimpin kemerdekaan Bangladesh dari Pakistan, Hasina beruntung bisa mengunjungi Eropa ketika sebagian besar keluarganya dibunuh dalam kudeta militer pada 1975.
Dia kembali ke Bangladesh dari India, tempat dia tinggal di pengasingan, pada 1981 dan kemudian bergandengan tangan dengan musuh politik Khaleda Zia. Zia merupakan Ketua Partai Nasionalis Bangladesh (BNP), untuk memimpin pemberontakan rakyat demi demokrasi yang menggulingkan penguasa militer Hossain Mohammad Irsyad dari kekuasaan pada 1990.
Meskipun begitu, aliansi dengan Zia tidak bertahan lama dan persaingan yang sengit dan mengakar antara kedua perempuan tersebut, yang sering disebut 'pertempuran para begum', terus mendominasi politik Bangladesh selama beberapa dekade.
Hasina pertama kali memimpin partai Liga Awami meraih kemenangan pada tahun 1996, menjalani masa jabatan lima tahun sebelum mendapatkan kembali kekuasaan pada tahun 2009, dan tidak pernah kalah lagi.
Seiring berjalannya waktu, ia menjadi semakin otokratis dan pemerintahannya ditandai dengan penangkapan massal terhadap lawan politik dan aktivis, penghilangan paksa, dan pembunuhan di luar proses hukum. Kelompok-kelompok hak asasi manusia telah memperingatkan akan adanya pemerintahan satu partai oleh Liga Awami pimpinan Hasina.
Jalan terjal kepemimpinan Hasina sudah terlihat sejak perang Rusia-Ukraina. Saat itu, Bangladesh mengalami kenaikan harga bahan bakar dan impor makanan, sehingga memaksa Bangladesh tahun lalu meminta dana talangan sebesar $4,7 miliar kepada Dana Moneter Internasional (IMF). Inflasi mencapai 9,5 persen pada November 2023, salah satu yang tertinggi dalam beberapa dekade.
Akibat dorongan yang begitu kuat dari massa, PM Sheikh Hasina mengundurkan diri dari jabatannya dan mengungsi ke India. Hasina tiba pada Senin, 5 Agustus 2024 di sebuah kota di India yang berbatasan dengan Bangladesh dengan helikopter militer. Menurut seorang pejabat militer yang tidak mau disebutkan namanya, tidak jelas apakah India akan menjadi pelarian akhir atau dia akan berpergian ke negara lain.
Kepergian PM Bangladesh Sheikh Hasina dikhawatirkan bakal menciptakan ketidakstabilan yang lebih parah di Bangladesh yang telah menghadapi serangkaian krisis, mulai dari pengangguran dan korupsi hingga perubahan iklim.
ANANDA RIDHO SULISTYA | DEWI RINA CAHYANI | NDTV I REUTERS
Pilihan Editor: Lebih dari 300 Orang Tewas dalam Demonstrasi Tuntut PM Bangladesh Sheikh Hasina Mundur