Pada hari Senin, diapit oleh para pemimpin mahasiswa lainnya, Islam yang berjanggut dan berbadan kekar memberi pernyataan kepada wartawan. "Kami tidak akan mengkhianati darah yang tertumpah oleh para martir demi tujuan kami. Kami akan menciptakan Bangladesh yang demokratis melalui janji kami akan keamanan hidup, keadilan sosial, dan lanskap politik baru."
Panglima militer Bangladesh akan bertemu dengan para pemimpin protes mahasiswa pada hari Selasa saat negara itu menunggu pemerintahan baru.
Ia berjanji untuk memastikan negara berpenduduk 170 juta jiwa itu tidak akan pernah kembali ke apa yang disebutnya "pemerintahan fasis." Ia meminta sesama mahasiswa untuk melindungi minoritas Hindu dan tempat ibadah mereka.
Islam, yang lahir di Dhaka pada tahun 1998, sudah menikah dan memiliki seorang adik laki-laki, Nakib. Ayahnya adalah seorang guru dan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga.
"Dia memiliki stamina yang luar biasa dan selalu mengatakan bahwa negara ini perlu berubah," kata Nakib Islam, seorang mahasiswa geografi, kepada Reuters. "Dia dijemput oleh polisi, disiksa hingga pingsan, lalu dibuang di jalan. Meskipun begitu, dia terus berjuang. Kami yakin dia tidak akan menyerah. Kami bangga padanya."
Sabrina Karim, profesor madya pemerintahan di Universitas Cornell yang mengkhususkan diri dalam mempelajari kekerasan politik, menyebut hari Senin sebagai hari bersejarah bagi Bangladesh. "Ini mungkin merupakan revolusi pertama yang dipimpin oleh Generasi Z," katanya. "Mungkin ada optimisme untuk transisi demokrasi meskipun militer terlibat dalam proses tersebut."
REUTERS
Pilihan editor: Kamala Harris akan Umumkan Calon Wakil Presiden pada Hari Ini