TEMPO.CO, Jakarta - Tiga orang pelapor yang bekerja di kamp penyiksaan Sde Teiman, sebuah tempat penampungan warga Palestina yang diculik selama agresi Israel ke Gaza, telah memberikan kesaksian tentang pelanggaran sistemik yang dilakukan oleh militer Israel, termasuk para tahanan yang dikekang, ditutup matanya, dan dipaksa memakai popok, demikian dilaporkan CNN.
Para pelapor menggambarkan kondisi suram yang dihadapi para tahanan Palestina di Sde Teiman, menyatakan bahwa mereka tidak diizinkan untuk bergerak, berbicara, atau bahkan mengintip di balik penutup mata mereka.
"Kami diberitahu bahwa mereka tidak boleh bergerak. Mereka harus duduk tegak. Mereka tidak boleh bicara. Tidak boleh mengintip di balik penutup mata mereka," kata para pelapor kepada CNN.
Para penjaga diinstruksikan untuk menegakkan keheningan dengan menggunakan perintah bahasa Arab seperti "uskot" (diam) dan mengidentifikasi serta menghukum orang-orang yang dianggap "bermasalah".
Pengekangan Fisik Ekstrem
Mereka menggambarkan "penggeledahan rutin ketika para penjaga akan melepaskan anjing-anjing besar ke tahanan yang sedang tidur, melemparkan granat suara ke arah kandang ketika pasukan menerobos masuk."
Terletak sekitar 18 mil dari garis pemisah Gaza, fasilitas tersebut dikatakan dibagi menjadi dua bagian: kandang di mana sekitar 70 tahanan Palestina dari Gaza mengalami pengekangan fisik yang ekstrem, dan rumah sakit lapangan di mana tahanan yang terluka tidak dapat bergerak, dipakaikan popok, dan diberi makan dengan sedotan.
"Mereka melucuti apa pun yang menyerupai manusia," kata mereka.
Menurut para pelapor, pemukulan yang dilakukan terhadap para tahanan dikatakan dilakukan karena dendam dan tidak dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi intelijen.
"(Pemukulan) tidak dilakukan untuk mengumpulkan informasi intelijen. Itu dilakukan karena balas dendam," kata salah satu pelapor.
Salah satu pelapor menceritakan bahwa ia menyaksikan amputasi yang dilakukan terhadap seorang pria yang mengalami luka-luka yang disebabkan oleh pengikatan pergelangan tangannya secara terus menerus.
Diberi Makan dengan Sedotan
Kesaksian-kesaksian ini selaras dengan rincian dari sebuah surat yang ditulis oleh seorang dokter yang bekerja di Sde Teiman yang diterbitkan oleh Haaretz pada April.
"Baru saja minggu ini, dua tahanan diamputasi kakinya karena cedera akibat borgol, yang sayangnya merupakan kejadian rutin," kata dokter tersebut dalam surat tertanggal April.
Dia menyebutkan bahwa para tahanan diberi makan dengan sedotan, dipaksa menggunakan popok untuk fungsi-fungsi tubuh, dan mengalami pengekangan terus menerus, tindakan-tindakan yang bertentangan dengan etika medis dan standar hukum.
"Kita semua terlibat dalam pelanggaran hukum," katanya seperti dikutip.