TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Pertahanan Ukraina menyatakan, sebuah ledakan menghancurkan rudal jelajah di Dzhankoi di utara semenanjung Krimea, yang akan digunakan oleh armada Laut Hitam Rusia.
Seorang pejabat yang ditempatkan Rusia di semenanjung, yang dianeksasi oleh Moskow pada 2014, mengatakan ledakan itu disebabkan oleh pesawat tak berawak yang dipenuhi bahan peledak dan menargetkan situs sipil. Satu orang terluka.
Baca Juga:
"Sebuah ledakan di kota Dzhankoi di utara Krimea yang diduduki sementara, menghancurkan rudal jelajah Kalibr-KN Rusia saat mereka diangkut dengan kereta api," kata direktorat intelijen Kementerian Pertahanan Ukraina, Senin, 20 Maret 2023
Pernyataan di media sosial mengatakan rudal, yang dirancang untuk diluncurkan dari armada Laut Hitam Rusia, memiliki jangkauan operasional lebih dari 2.500 km di darat dan 375 km di laut.
Ihor Ivin, kepala administrasi Dzhankoi yang diangkat Rusia, mengatakan kota itu diserang oleh drone dan seorang pria berusia 33 tahun menderita luka terkena pecahan peluru dari drone yang jatuh.
TASS mengutip Ivin yang mengatakan di TV Krym-24 bahwa sebuah rumah, sekolah, dan toko kelontong terbakar, dan jaringan listrik mengalami kerusakan.
Oleg Kryuchkov, penasihat kepala Krimea yang dipasang Rusia, mengatakan serangan pesawat tak berawak itu ditujukan pada sasaran sipil.
“Semua drone menargetkan lokasi sipil. Satu ditembakkan di atas sekolah teknik Dzhankoi dan jatuh di antara area tempat tinggal siswa,” katanya di saluran Telegramnya.
"Tidak ada lokasi militer di dekatnya. Yang lainnya ditembak jatuh di daerah pemukiman. Selain bahan peledak, masing-masing membawa peluru."
Sebuah pangkalan udara militer Rusia terletak di dekat Dzhankoi, dengan pejabat Ukraina mengatakan bahwa kota dan sekitarnya telah berubah menjadi pangkalan militer Moskow terbesar di Krimea.
Ukraina melancarkan sejumlah serangan berani terhadap sasaran di Krimea. Agustus lalu, rudal menghancurkan beberapa pesawat di sebuah pangkalan udara di pantai barat daya semenanjung itu dan pihak berwenang Ukraina kemudian mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu.
REUTERS
Pilihan Editor