Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kisah Patung Moai, Terjepit antara Peternakan Sapi dan Pelestarian Situs Arkeologi

Reporter

Editor

Yudono Yanuar

image-gnews
Puluhan patung Moai berdiri kokoh yang menjadi daya tarik di Pulau Easter di Cile, 31 Januari 2019. Sebanyak  887 patung raksasa, yang dikenal sebagai
Puluhan patung Moai berdiri kokoh yang menjadi daya tarik di Pulau Easter di Cile, 31 Januari 2019. Sebanyak 887 patung raksasa, yang dikenal sebagai "moai" Rapa Nui (penduduk asli Pulau Paskah) berada di seluruh pulau. REUTERS/Jorge Vega
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Patung-patung batu raksasa Moai di Pulau Paskah, yang hangus terbakar,  adalah tanda-tanda meningkatnya ketegangan antara pemilik tanah dan pelestari lingkungan di pulau kecil terpencil di tengah Pasifik ini.

Pulau Paskah yang telah menjadi wilayah Cile sejak 1880-an ini dikenal oleh penduduk aslinya sebagai Rapa Nui dan terkenal dengan sosok patung batu berbentu manusia berukuran besar yang diukir berabad-abad lalu oleh nenek moyang mereka.

Pulau seluas 164 kilometer persegi - kira-kira seluas Kota Bandung - telah mengalami peningkatan ketegangan dalam beberapa tahun terakhir antara keluarga tua yang ingin beternak sapi di tanah leluhur mereka dan pihak berwenang yang berfokus pada konservasi.

Di satu sisi adalah sekelompok keluarga di bawah panji parlemen Rapa Nui, terusan dari dewan tetua sebelumnya, yang ingin kembali ke sistem klan kuno untuk membagi tanah.

Di sisi lain adalah ahli konservasi dan dewan terpilih yang bertugas mengelola taman nasional seluas separuh pulau dan dihiasi dengan patung Moai. Mereka mengatakan beberapa orang menggunakan lahan taman untuk peternakan sapi, terkadang menyebabkan kebakaran.

“Kami telah melihat peningkatan eksponensial dalam peternakan dan pertanian, terutama sejak dimulainya pandemi,” kata Merahi Atam, seorang arkeolog setempat.

Pada bulan Oktober, para peternak membakar padang rumput memicu kebakaran hutan yang mengoyak kawah gunung berapi Rano Raraku di pulau itu dan merusak beberapa Moai.

Karhutla Meningkat

Data pemerintah Chili menunjukkan kebakaran hutan di Pulau Paskah telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir, dengan dua tahun terakhir mencatat rekor terbanyak sejak tahun 1990-an.

Jumlah ternak di pulau itu meningkat menjadi lebih dari 6.000 dari 3.400 pada 1966, dan mereka digembalakan di hampir 80% luas taman nasional, menurut sebuah studi tentang ternak di pulau itu oleh University of Chile.

Ribuan mil lautan memisahkan Rapa Nui dari tetangga benua terdekatnya dan pulau ini telah memesona pengunjung dan arkeolog selama beratus tahun dengan Moai batu raksasanya.

Berukuran hingga 20 meter dan berat puluhan ton, ratusan patung berkepala besar ini diukir langsung dari tambang batu dan tersebar di seluruh pulau.

Patung-patung itu selamat dari kelaparan, perang, epidemi, dan kolonisasi selama berabad-abad, sementara populasi pulau itu berfluktuasi dari ambang kehancuran menjadi sekitar 8.000 pada tahun 2022.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penduduk telah lama berjuang untuk mendapatkan lebih banyak otonomi atas pulau itu sampai akhirnya negara Chili setuju untuk mulai mengalihkan kendali atas taman tersebut pada 2016.

Dewan Ma'u Henua yang dipilih secara lokal ditetapkan untuk mengambil kendali administratif penuh atas taman tersebut pada  2025, dengan fokus pada perlindungan lingkungan dan situs arkeologi serta mengelola pariwisata.

Tetapi beberapa penduduk pulau malah ingin kembali ke sistem klan yang ada sebelum perjanjian tahun 1888 antara salah satu raja terakhir Rapa Nui dan Cile.

"Setiap klan memiliki tanah di pulau ini dan pembagiannya oleh raja," kata Juan Tucki, anggota parlemen yang memelihara ternak di sebidang tanah dekat gunung berapi.

"Kita harus menghormati hierarki itu."

Tucki mengatakan pihak berwenang diberitahu tentang pembakaran padang rumput pada bulan Oktober dan gagal mempersiapkannya.

Max Ariki, seorang petugas pemadam kebakaran, mengatakan pihaknya kekurangan dana dan kesiapan operasional. Dia mengatakan lebih banyak dana telah datang sejak Oktober, termasuk brigade kedua, tetapi pemotongan padang rumput untuk melindungi gunung berapi dan situs arkeologi tidak dipelihara selama dua tahun.

"Sesuatu yang buruk harus terjadi agar mereka menyadari bahwa kita ada di pulau ini," kata Ariki. "Menyakitkan, tapi berkat api itu mereka mengirim lebih banyak sumber daya."

Petero Edmunds, walikota Rapa Nui sejak 2012, menyalahkan Perusahaan Eksploitasi Pulau Paskah Inggris-Chile karena memperkenalkan ternak lebih dari seabad yang lalu dan negara serta militer karena menawarkan ternak kepada penduduk pulau setelah badan pembangunan negara pergi pada 1980-an.

Atam, sang arkeolog, percaya bahwa dialog dan pendidikan tentang kerusakan akibat kebakaran hutan dan erosi akibat ternak akan membantu meyakinkan penduduk setempat untuk menghentikan praktik perusakan situs arkeologi di seluruh pulau.

Tucki, yang mengklaim bahwa dia adalah keturunan langsung dari salah satu raja terakhir Rapa Nui, setuju bahwa situs arkeologi dipertahankan, tetapi sebagian besar tanahnya harus untuk rakyat. "Wilayah itu milik keluarga," katanya.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Kapal Kuno yang Ditemukan di Bintan Disebut "Kapal Lancang Kuning", Ini Kata Arkeolog

6 hari lalu

Tim menemukan artefak dari dalam lambung kapal, terdiri dari fragmen keramik, kaca dan benda logam menyerupai kunci. Dok. Istimewa
Kapal Kuno yang Ditemukan di Bintan Disebut "Kapal Lancang Kuning", Ini Kata Arkeolog

Hasil sementara penelitian kapal kuno abad ke 12 Masehi yang ditemukan tertimbun di pasir di pantai kawasan Lagoi Bintan, Provinsi Kepulauan cukup uni


IKN Buka Lowongan untuk Sarjana Arkeologi, Gaji Awal Rp12 Juta

15 hari lalu

Presiden Jokowi (ketiga kiri) didampingi Sekretaris Kabinet Pramono Agung (keempat kanan), Menko Polhukam Hadi Tjahjanto (ketiga kanan), Menteri PUPR Basuki Hadimuljono (kiri), Mensesneg Pratikno (kanan), Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto (keenam kiri), Kurator Pembangunan IKN Ridwan Kamil (kelima kiri), Perancang Istana Garuda IKN Nyoman Nuarta (kedua kiri) meninjau Taman Kusuma Bangsa saat peresmian di Ibu Kota Nusantara (IKN), Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Senin, 12 Agustus 2024. Taman Kusuma Bangsa dirancang sebagai tempat renungan suci dan penghormatan kepada para pahlawan bangsa. ANTARA/Fauzan
IKN Buka Lowongan untuk Sarjana Arkeologi, Gaji Awal Rp12 Juta

Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) membuka lowongan untuk lulusan Diploma IV, S-1 dan S-2 berbagai disiplin ilmu dari Arkeologi sampai Rekayasa Komputer


Menjelajah Kawasan Al-Faw yang Menjadi Situs Warisan Dunia ke-8 Saudi

18 hari lalu

Al-Faw, Situs Warisan Dunia UNESCO ke-8 Saudi. (dok. Saudi Arabia Tourism)
Menjelajah Kawasan Al-Faw yang Menjadi Situs Warisan Dunia ke-8 Saudi

Sebagai negara dengan sejarah panjang, Saudi menjadi tempat berkembangnya peradaban kuno yang masih berpengaruh hingga kini, salah satunya Al-Faw


Tiga Teknologi Nuklir BRIN untuk Pengawetan Benda Arkeologi

19 hari lalu

International Atomic Energy Agency (IAEA) menunjuk BRIN menjadi Designated Team Member untuk pemanfatan nuklir dalam mengawetkan benda-benda warisan budaya, Senin, 19 Agustus 2024. TEMPO/Alif Ilham Fajriadi.
Tiga Teknologi Nuklir BRIN untuk Pengawetan Benda Arkeologi

Teknologi itu dikembangkan BRIN dan tercipta dari hasil riset proses pengkajian nuklir di berbagai keilmuan.


Tolak Pemindahan Benda Arkeologi Papua ke BRIN Cibinong, Pemerhati Budaya Anggap Peniadaan Sejarah

26 hari lalu

Gambar tampilan pecahan gerabah unik yang ditemukan di situs prasejarah Kampung Lama Abar, Distrik Ebungfauw, Kabupaten Jayapura, Papua. Kredit: Balai Arkeologi Papua
Tolak Pemindahan Benda Arkeologi Papua ke BRIN Cibinong, Pemerhati Budaya Anggap Peniadaan Sejarah

Sedikitnya ada 24 lembaga dan pemerhati budaya Papua menolak rencana pemindahan benda Arkeologi Papua ke BRIN Cibinong.


Batu Kepala Arca di Taman Nasional Ujung Kulon Peninggalan Hindu Saiwa, Apa Artinya?

43 hari lalu

Tim BPK wilayah VIII Banten saat melakukan observasi temuan arca di TNUK Pandeglang, Banten, beberapa waktu lalu. ANTARA/HO-BPK Wilayah VIII Banten
Batu Kepala Arca di Taman Nasional Ujung Kulon Peninggalan Hindu Saiwa, Apa Artinya?

Kajian atas temuan objek diduga cagar budaya penting untuk menguak sejarah tentang Taman Nasional Ujung Kulon dulunya seperti apa.


Dampak dari Gempa Bumi yang Mengguncang Cile Utara

48 hari lalu

Ilustrasi gempa. REUTERS
Dampak dari Gempa Bumi yang Mengguncang Cile Utara

Cile merupakan salah satu negara yang paling rawan gempa bumi di dunia


Keunikan Qutub Minar dengan Pilar Besi Berusia 1000 Tahun Tak Pernah Terkorosi

48 hari lalu

Qutub Minar, Delhi, India. Unsplash.com/Akshat Jhingran
Keunikan Qutub Minar dengan Pilar Besi Berusia 1000 Tahun Tak Pernah Terkorosi

Saat mengunjungi Qutub Minar, wisatawan akan langsung melihat pilar besi megah setinggi 7,2 meter


Khawatir Koleksi Arkeologi Diangkut BRIN, Masyarakat Barus Mengadu ke Jokowi

8 Juli 2024

Gedung BJ Habibie, BRIN, Jakarta Pusat. Foto: Maria Fransisca Lahur
Khawatir Koleksi Arkeologi Diangkut BRIN, Masyarakat Barus Mengadu ke Jokowi

Dua kali surat dikirim ke Jokowi untuk minta bantuan hentikan rencana BRIN. Masyarakat Barus bersurat meski sudah bertemu Kepala BRIN di Jakarta.


BRIN Inisiasi Ekskavasi Arkeologi Sejarah dan Maritim di Situs Bumiayu dan Bongal

5 Juli 2024

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko (tengah) dalam konferensi pers penemuan lukisan gua berusia 51.200 tahun, yang diadakan di Jakarta, Kamis, 4 Juli 2024. (ANTARA/Sean Filo Muhamad)
BRIN Inisiasi Ekskavasi Arkeologi Sejarah dan Maritim di Situs Bumiayu dan Bongal

Selain untuk preservasi warisan nenek moyang, ekskavasi ini untuk mengedukasi, membentuk, dan menciptakan generasi muda arkeolog Indonesia.