TEMPO.CO, Kuala Lumpur – Pengamat politik Malaysia, Bridget Welsh, mengkritik pelaksanaan pemilu Malaysia, yang akan digelar pada 9 Mei 2018.
“Pemerintah Malaysia memanfaatkan berbagai instrumen kekuasaannya untuk menggunakan cara kotor hingga sangat kotor kali ini,” kata Wels kepada Tempo lewat email, Kamis, 3 Mei 2018.
Baca: Eksklusif -- Tian Chua Tetap Kampanye Pemilu Malaysia
Seperti diberitakan Reuters, pemerintah Malaysia yang didukung koalisi 13 partai politik bernama Barisan Nasional berusaha memenangkan pemilu 2018 melawan lima partai oposisi yang bergabung dalam koalisi Pakatan Harapan.
Pengamat politik Bridget Welsh dari John Cabot University, Roma, Italia. John Cabot Edu
BN menggadang inkumben Najib Razak sebagai Perdana Menteri untuk lima tahun berikutnya. Sedangkan PH mengusung Mahathir Mohamad, bekas Perdana Menteri Malaysia, sebagai penantang.
Baca: Kampanye Pemilu Malaysia Dimulai, Jet Milik Mahathir Disabotase
Welsh, yang merupakan pengamat dari John Cabot University, Roma, Italia, mengatakan pemerintah Malaysia menggunakan cara perubahan jumlah suara untuk daerah pemilihan, memindahkan pemilik suara, hingga membuat aturan melarang pemasangan foto Mahathir. “Ini adalah contoh masalah serius terhadap integritas pemilu ini,” kata Welsh.
Dalam cuitannya di akun Twitter @Najibrazak, Najib mengatakan dia mengutamakan kepentingan rakyat dalam berkampanye. “Ingatlah apa yang kita lakukan semata-mata untuk rakyat,” begitu cuitan di akun ini pada 2 Mei 2018.
Pada 3 Mei 2018, Najib meminta masyarakat Malaysia tidak terpedaya oleh kelompok oposisi pada pemilu Malaysia ini. “Janganlah terpedaya dengan tipu daya dan pendekatan simpati dari oposisi untuk meraih dukungan,” kata dia sambil mengatakan Malaysia harus diselamatkan dari kelompok oposisi ini.