TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Mesir mengumumkan masa tiga hari berkabung setelah serangan teroris di Sinai Utara. Sekitar 235 orang dikabarkan tewas dalam insiden ledakan bom dan penembakan oleh kelompok terorisme pada Jumat kemarin, 24 November 2017.
“Ini adalah serangan paling mematikan dalam sejarah Mesir modern,” kata kantor berita lokal yang dikutip dari Reuters pada Sabtu, 25 November 2017.
Sebuah ledakan dari bom rakitan terjadi di samping Masjid Ar-Raudhah, Markaz Bir El-Abd, kota El-Arish, Sinai Utara, atau sekitar 450 km dari Ibu Kota Mesir, Kairo. Ledakan ini diduga dilancarkan oleh kelompok teroris yang tak dikenal. Selain ledakan, kelompok teroris ini juga dikabarkan menembaki para jamaah yang baru saja menunaikan salat Jumat.
Seorang saksi mata, Mohamed, yang mengetahui kejadian ini menyebut sekitar 40 orang bersenjata telah mengatur posisi di luar masjid, usai ledakan bom terjadi. Mereka kemudian mulai melepaskan tembakan ke berbagai arah saat jamaah berlarian keluar masjid.
Empat kelompok bersenjata, ujarnya, juga menyerang para jamaah di dalam Masjid.
“Lalu dua kelompok lain juga mencegah ambulan yang datang dengan menembakinya,” kata Mohamed.
Beberapa jam setelah serangan ini, militer Mesir pun langsung melancarkan serangan udara di area yang diduga menjadi lokasi bagi kelompok teroris tersebut. Lokasi yang menjadi titik penyerangan adalah daerah pegunungan di sekitar Bir al-Abed, Sinai Utara.
“Angkatan bersenjata dan kepolisian akan mengembalikan keamanan dan stabilitas dengan kekuatan penuh,” kata Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi sebagaimana yang disiarkan di televisi lokal.
FAJAR PEBRIANTO | REUTERS