TEMPO.CO, Jakarta - Panglima militer Myanmar, Jenderal Min Aung Hlaing menyerukan seluruh rakyat Myanmar bersatu menghadapi isu Rohingya yang membuat militernya dituding melakukan pembersihan etnis secara sistematis.
Hlaing mengeluarkan seruan Myanmar bersatu melalui postingan di akun resmi Facebooknya pada hari Sabtu, 16 September 2017.
Baca: Myanmar Undang Jurnalis ke Rakhine, Ini Temuan Aneh Soal Rohingya
"Mereka telah menuntut pengakuan sebagai Rohingya, yang tidak pernah sebagai kelompok etnis di Myanmar. Isu Bengali sebagai masalah nasional dan kita perlu bersatu untuk menegakkan kebenaran," kata Hlaing seperti dikutip dari Channel News Asia, Minggu, 17 September 2017.
Menurut Hlaing, militernya melakukan operasi militer di utara negara bagian Rakhine untuk memberangkus milisi Rohingya, ARSA, yang menyerang sejumlah pos polisi pada 25 Agustus 2017.
Namun operasi militer itu telah memicu eksodus lebih dari 400.000 etnis Rohingya ke Bangladesh. Rohingya yang mengungsi mengungkpakan tentara-tentara Myanmar membunuh warga sipil dan membawa seluruh desa mereka.
Baca: Bangladesh Protes Drone dan Heli Myanmar Terbang Tanpa Izin
Sejumlah pemimpin PBB menyatakan opeasi militer Myanmar itu sebagai pembersihan etnis Rohingya, kelompok etnis yang hingga kini tak memiliki kewarganegaraan dan bertahun-tahun mengalami penindasan dan represi.
Aktivis penggerak demokrasi di Myanmar dan meraih Nobel Perdamaian, Aung San Suu Kyi menuai kritikan tajam dari masyarakat internasional karena bungkam menyuarakan simpatinya kepada Rohingya. Suu Kyi selama ini hanya menggunakan kata "Muslim dari negara bagian Rakhine" sebagai pengganti kata Rohingya.
CHANNEL NEWS ASIA | MARIA RITA