TEMPO.CO, Dhaka - Pengadilan Kejahatan Perang Bangladesh menjatuhkan hukuman mati terhadap seorang pemimpin senior kelompok oposisi dan juga anggota parlemen atas kejahatan perang yang dilakukan selama perang kemerdekaan 1971.
Terhukum mati itu adalah Salauddin Quarder Chowdhury. Dia merupakan pemimpin oposisi utama dari Partai Nasionalis Bangladesh (BNP). Pada persidangan yang digelar Selasa, 1 Okober 2013, menurut majelis hakim, dia terbukti melakukan penyiksaan, pemerkosaan, dan genosida selama perang kemerdekaan melawan Pakistan pada 1971.
Chowdhury--yang kini berusia 64 tahun--didakwa membunuh 200 warga sipil, berkolaborasi dengan Angkatan Bersenjata Pakistan, menyiksa rakyat sipil tak bersenjata, serta melakukan kejahatan lainnya.
Proses peradilan kejahatan perang ini ditolak oleh partai-partai oposisi lantaran dianggap bermuatan politik menjelang pemilihan umum Januari 2014, serta di tengah unjuk rasa atas tewasnya 100 orang yang memprotes peradilan sejak dibuka tahun ini.
Untuk mengatasi kerusuhan menjelang keputusan pengadilan, pemerintahan Bangladesh mengerahkan pasukan keamanan di Ibu Kota Dhaka dan kampung halaman Chowdhury.
Hukuman mati terhadap Chowdhury ini adalah yang ketujuh sejak lembaga peradilan ini menggelar peradilan kejahatan perang semasa merebut kemerdekaan dari Pakistan.
Sebelumnya, pada Kamis, 28 Februari 2013, pengadilan kejahatan perang juga menjatuhkan hukuman mati terhadap pemimpin oposisi dari Partai Jamaat-e-Islami, Delwar Hossain Sayedee, lantaran didakwa melakukan kekejaman pada perang kemerdekaan 1971 melawan Pakistan.
AL JAZEERA | CHOIRUL
Topik Terhangat
Edsus Lekra | Senjata Penembak Polisi | Mobil Murah | Info Haji | Kontroversi Ruhut Sitompul
Berita Terpopuler
Australia Minta Maaf Soal Impor Sapi
Sejarah Kelam Ludruk Saat Peristiwa 1965
Begini Isi Prinsip 1-5-1 Lekra
PPATK Ungkap Rekening Gendut Pegawai Kemendikbud
KPK: Labora Tak Pernah Beri Data Aliran Uang