TEMPO.CO, Dhaka—Para dokter di seluruh dunia terkenal dengan tulisan tangan yang sulit dibaca.
Namun di Bangladesh, hal ini sudah dilarang. Seperti dilansir Business Standard, Rabu 11 Januari 2017, pengadilan di Bangladesh melarang gaya menulis semacam itu agar para pasien bisa membaca resep lebih jelas dan tidak mengambil obat yang salah.
Wakil Jaksa Agung Mokhlesur Rahman mengatakan pengadilan memerintahkan para dokter harus mengetik resep mereka atau menulisnya dengan huruf kapital lebih tebal.
"Pengadilan memerintahkan Menteri Kesehatan mengedarkan putusan tersebut ke seluruh dokter negara. Kementerian juga diminta melaporkan perkembangan situasi itu dalam waktu enam pekan," kata dia.
Pengadilan juga mengatakan bahwa para dokter harus menggunakan nama generik obat, bukan merek obat tertentu.
"Banyak pasien dan bahkan beberapa apoteker tidak bisa membaca apa yang para dokter tulis di resep mereka," ujar Manzil Morshed, pengacara yang mengajukan gugatan untuk kepentingan umum itu.
"Oleh karena itu, mereka sering mengambil obat yang salah. Itu membuat mereka mengeluarkan uang lebih banyak untuk hal sia-sia. Dan kadang bisa membahayakan kesehatan."
Putusan pengadilan itu mendapat pujian di media sosial, meski beberapa dokter meminta pemerintah untuk memperkenalkan sistem komputerisasi peresepan.
"Kenapa menyalahkan kami ketika Anda tidak bisa menerapkan sistem peresepan komputerisasi Farhan Kabir, seorang dokter di akun Facebook.
L BUSINESS STANDARD | DAILY MAIL | SITA PLANASARI AQUADINI