Penjualan menurun di Timur Tengah
Dalam enam bulan setelah serangan Hamas pada 7 Oktober ke Israel yang memicu invasi ke Gaza, volume minuman PepsiCo di divisi Afrika, Timur Tengah, dan Asia Selatan nyaris stagnan, setelah mencatat pertumbuhan 8% dan 15% pada kuartal yang sama di tahun 2022/23, kata perusahaan tersebut.
Volume Coke yang terjual di Mesir turun dua digit dalam enam bulan yang berakhir pada 28 Juni, menurut data dari Coca-Cola HBC CCH.L, yang membotolkan produknya di sana. Pada periode yang sama tahun lalu, volume naik dalam satu digit tinggi.
Coca-Cola mengatakan bahwa mereka tidak mendanai operasi militer di Israel atau negara mana pun. Menanggapi permintaan Reuters, PepsiCo mengatakan bahwa perusahaan "maupun merek-merek kami tidak berafiliasi dengan pemerintah atau militer mana pun dalam konflik tersebut."
Pengusaha Palestina-Amerika, Zahi Khouri, mendirikan perusahaan pembotolan Coca-Cola yang berbasis di Ramallah, National Beverage Company, yang menjual Coke di Tepi Barat. Pabrik senilai $25 juta milik perusahaan di Gaza, yang dibuka pada 2016, telah hancur dalam perang, katanya. Para karyawan selamat, katanya.
Khouri mengatakan bahwa boikot adalah masalah pilihan pribadi, tetapi tidak benar-benar membantu warga Palestina. Di Tepi Barat sendiri, katanya, mereka hanya memiliki dampak penjualan yang terbatas.
"Hanya dengan mengakhiri pendudukan yang akan membantu situasi," kata Khouri, yang mendukung pembentukan negara Palestina di samping Israel.
Pemerintah Israel tidak menanggapi permintaan komentar.