Netanyahu bersikeras pada keputusannya
Netanyahu sendiri dikabarkan bersikeras untuk tetap pada tuntutannya meskipun terjadi pembunuhan terhadap keenam sandera, yang tampaknya dieksekusi ketika pasukan Israel mendekati lokasi mereka di sebuah terowongan di bawah kota Rafah, Gaza.
Jika Israel meninggalkan Koridor Philadelphia, "para sandera akan dibawa ke Sinai, dan kemudian ke Iran," kata Netanyahu menurut laporan-laporan yang ada, dan menambahkan: "AS sudah menyetujui hal ini, mengapa Anda menentangnya?"
Namun, media tersebut mengklaim bahwa Netanyahu juga mengatakan bahwa ia bersedia berkompromi di bidang-bidang lain selain Koridor Philadelphia, dan menyatakan bahwa kesepakatan penyanderaan dengan Hamas masih memungkinkan.
Tanggapan para menteri kabinet
Menurut laporan, pernyataan tersebut mengundang tanggapan yang tidak bersahabat dari para menteri lainnya, juga dari Netanyahu.
"Jika kita menyerah pada tuntutan Hamas, seperti yang diinginkan Gallant, kita akan kalah dalam perang," kata Menteri Keuangan Bezalel Smotrich seperti dikutip Times of Israel.
Menteri Kehakiman Yariv Levin dan Menteri Luar Negeri Israel Katz dilaporkan menuduh Gallant menciptakan sebuah dinamika di mana Hamas akan menerima konsesi dari Israel sebagai hasil dari pembunuhan para sandera.
"Ke mana arahnya? Apa dampaknya terhadap negosiasi? Tidak sulit untuk membayangkannya," kata Levin kepada Gallant, yang kemudian mengundang kemarahan dari menteri pertahanan tersebut.
Levin dikabarkan mengeluh kepada Gallant atas sifat publik dari seruannya untuk membatalkan keputusan hari Kamis, mengatakan pada pertemuan tersebut: "Bagaimana kita bisa bersikap jika semua orang men-tweet pendapat mereka dari kabinet? Ketika [kabinet] membuat keputusan, [para menteri] menunjukkan solidaritas dan berdiri di belakangnya."
Menteri Urusan Strategis Ron Dermer dilaporkan mengatakan bahwa membalikkan keputusan Philadelphia akan "mendorong pembunuhan," dan menambahkan bahwa Israel harus "membayar harga yang sangat mahal kepada Hamas karena membunuh para sandera."
Israel terus melanjutkan serangan brutalnya ke Jalur Gaza menyusul serangan kelompok Palestina, Hamas, pada 7 Oktober lalu, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata.
Serangan tersebut telah mengakibatkan lebih dari 40.700 warga Palestina tewas, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan lebih dari 94.100 orang terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.
Blokade yang terus berlangsung di Gaza telah menyebabkan kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan, sehingga sebagian besar wilayah tersebut hancur.
Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional, yang keputusan terakhirnya memerintahkan untuk segera menghentikan operasi militernya di kota selatan Rafah, di mana lebih dari 1 juta orang Palestina mencari perlindungan dari perang sebelum diserbu pada tanggal 6 Mei.
MIDDLE EAST MONITOR | ANADOLU | JERUSALEM POST | TIMES OF ISRAEL
Pilihan Editor: Benjamin Netanyahu Tak Mau Serahkan Koridor Philadelphi ke Hamas