TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal perawatan kesehatan primer di Jalur Gaza, Dr. Mousa Abed, telah memperingatkan bahwa penyebaran polio dapat merenggut lebih banyak nyawa daripada yang hilang akibat agresi Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza sejak 7 Oktober, demikian dilaporkan Kantor Berita Qatar (QNA), Minggu, 19 Agustus 2024.
Dalam wawancara dengan QNA, Dr. Abed menyatakan kekhawatirannya bahwa akan ada lebih banyak wabah penyakit dan epidemi karena Gaza merupakan lingkungan yang subur di mana semua faktor risiko bertemu.
Pada pertengahan Juni, jelasnya, Kementerian Kesehatan menyatakan Jalur Gaza sebagai daerah epidemik setelah virus polio terdeteksi dalam air limbah di kota Deir Al-Balah dan Khan Yunis, yang menandakan bencana nyata yang dapat menimpa daerah tersebut.
25 Tahun Bebas Polio
Direktur Rumah Sakit Asosiasi Sahabat Pasien, Dr. Said Salah memperingatkan bahaya penyebaran polio di Gaza setelah penyakit tersebut berhasil diberantas dari wilayah Palestina selama 25 tahun berkat imunisasi rutin.
Dr. Salah mengatakan kepada QNA bahwa kembalinya virus tersebut mengancam nyawa orang-orang. Ia menekankan bahwa kebangkitan virus tersebut sangat berbahaya dan dapat mengakibatkan kematian pasien.
Ia meminta Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk mengambil tindakan guna menahan penyebaran virus tersebut dan menyediakan vaksinasi yang diperlukan guna mencegah penyebarannya, dengan mencatat bahwa sebagian besar penduduk Gaza saat ini menderita kekebalan tubuh yang lemah akibat kelaparan dan kekurangan makanan bergizi yang dapat membantu tubuh mereka melawan penyakit.
Jeda kemanusiaan untuk vaksinasi
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres pada Jumat, 16 Agustus 2024, meminta pihak-pihak yang bertikai di Gaza untuk memberikan jaminan konkret yang menjamin jeda kemanusiaan agar kampanye vaksin polio dapat dilakukan.
Guterres, berbicara kepada wartawan di Perserikatan Bangsa-Bangsa, mengimbau agar jaminan segera diberikan saat ia memperingatkan bahwa mencegah dan menahan penyebaran polio di daerah kantong itu akan membutuhkan upaya besar yang terkoordinasi dan mendesak.
"Mari kita perjelas: Vaksin utama untuk polio adalah perdamaian dan gencatan senjata kemanusiaan segera," kata Guterres, seperti dikutip Reuters.
"Tetapi bagaimanapun juga, jeda polio adalah suatu keharusan. Tidak mungkin untuk melakukan kampanye vaksinasi polio saat perang berkecamuk di mana-mana."