Setelah menerima dukungan kerajaan, Paetongtarn memeluk ayahnya Thaksin dan anggota keluarga lainnya. Dalam konferensi pers pertamanya, Paetongtarn mengatakan dia akan melanjutkan semua kebijakan pendahulunya yaitu Srettha, termasuk stimulus dan reformasi ekonomi "besar", menanggulangi narkoba ilegal, meningkatkan sistem perawatan kesehatan universal negara itu, dan mempromosikan keberagaman gender.
Ia mengatakan pemerintah tidak akan meninggalkan kebijakan dompet digital andalannya tetapi akan berusaha untuk mempelajari dan mendengarkan opsi tambahan untuk memastikan skema tersebut bertanggung jawab secara fiskal. "Tujuannya adalah untuk menstimulasi ekonomi sehingga niat ini tetap ada," kata Paetongtarn.
Dia juga mengatakan tidak punya rencana untuk mengangkat ayahnya, Thaksin, ke posisi pemerintahan mana pun, tetapi akan meminta nasihatnya. Paetongtarn mengatakan rincian kebijakan pemerintahnya akan disampaikan ke parlemen bulan depan.
Ayah Paetongtarn, yang memimpin Thailand mulai 2001, digulingkan dalam kudeta militer pada 19 September 2006. Thaksin dan partainya dilarang melakukan aktivitas politik. Pebisnis itu kemudian hidup dalam pengasingan di luar negeri selama 15 tahun. Nasib serupa menimpa adik Thaksin, Yingluck, yang ditahan di kamp militer selama beberapa hari setelah pemerintahannya digulingkan oleh kudeta militer pada Mei 2014.
Semasa muda, Paetongtarn menemani Thaksin dalam pekerjaan politik di seluruh negeri dan menyerap pengetahuan politik darinya. Saat tumbuh dewasa, ia menyebut “DNA Thaksin” sebagai salah satu faktor pendorongnya untuk memasuki dunia politik.
REUTERS | THE NATIONAL
Pilihan editor: Hamas Tegaskan Tak Ada Kemajuan dalam Pembahasaan Gencatan Senjata dengan Israel