Seorang anak laki-laki berusia 17 tahun telah didakwa atas pembunuhan tiga anak tersebut. Muncul informasi palsu di media sosial bahwa tersangka penikaman adalah seorang migran Islam radikal, dan hal tersebut berujung pada insiden kekerasan di hari-hari berikutnya di Southport, kota Hartlepool di timur laut, dan London.
Polisi telah menyatakan bahwa tersangka, yang bernama Axel Rudakubana, lahir di Cardiff, Inggris dan tidak menganggapnya sebagai insiden teroris.
Starmer mengatakan orang-orang Muslim telah menjadi sasaran kekerasan, bersama dengan komunitas minoritas lainnya. “Orang-orang di negara ini memiliki hak untuk merasa aman, namun kami telah melihat komunitas Muslim menjadi sasaran dan masjid-masjid diserang,” katanya.
Kementerian Dalam Negeri Inggris mengumumkan pada Ahad, 4 Agustus bahwa masjid-masjid akan diberikan perlindungan yang lebih besar dengan keamanan darurat yang baru.
Dikatakan bahwa masjid yang berisiko menjadi sasaran kekerasan dapat diberikan personel keamanan tambahan sebagai bagian dari respons keamanan yang cepat oleh polisi setempat.
Berbicara pada hari kelima kerusuhan, Starmer mengatakan dia tidak akan “malu” menggambarkan kerusuhan itu “apa adanya”, dan mencapnya sebagai “premanisme sayap kanan”.
“Bagi mereka yang merasa menjadi sasaran karena warna kulit atau keyakinan Anda: Saya tahu betapa menakutkannya ini,” katanya. “Saya ingin Anda tahu bahwa massa yang kejam ini tidak mewakili negara ini, dan kami akan membawa mereka ke pengadilan.”
SKY NEWS
Pilihan editor: Sejarah Pergolakan dan Kudeta di Bangladesh