TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah proyektil jatuh di sebuah lapangan sepak bola di sebuah komunitas Druze di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel. 12 anak dan remaja tewas, 30 orang lainnya terluka.
Israel langsung menunjuk Hizbullah sebagai pelakunya, yang langsung dibantah kelompok perlawanan Lebanon itu.
Berikut ini adalah panduan singkat tentang dataran tinggi berbukit seluas 1.200 kilometer persegi yang juga menghadap ke Lebanon dan berbatasan dengan Yordania.
Mengapa wilayah itu dikuasai?
Dataran Tinggi Golan merupakan bagian dari Suriah hingga 1967, saat Israel merebut sebagian besar wilayah itu dalam Perang Enam Hari, mendudukinya dan mencaploknya pada 1981. Pencaplokan sepihak tersebut tidak diakui secara internasional, dan Suriah menuntut kembalinya wilayah tersebut.
Baca juga:
Suriah mencoba merebut kembali Dataran Tinggi pada perang Timur Tengah 1973, namun gagal. Israel dan Suriah menandatangani gencatan senjata pada 1974 dan Golan relatif tenang sejak saat itu.
Pada 2000, Israel dan Suriah mengadakan pembicaraan tingkat tinggi mengenai kemungkinan kembalinya Golan dan perjanjian damai. Namun perundingan itu gagal dan pembicaraan selanjutnya juga gagal.
Mengapa Israel menginginkan Golan?
Keamanan. Israel mengatakan bahwa perang saudara di Suriah menunjukkan perlunya menjaga dataran tinggi itu sebagai zona penyangga antara kota-kota Israel dan ketidakstabilan tetangganya.
Pemerintah Israel mengatakan bahwa mereka juga khawatir bahwa Iran, sekutu Presiden Suriah Bashar al Assad, sedang berusaha untuk menempatkan diri secara permanen di sisi perbatasan Suriah untuk melancarkan serangan ke Israel.
Kedua belah pihak mengingini sumber daya air dan tanah yang subur secara alami di Golan.
Suriah bersikeras bahwa bagian Golan yang dipegang oleh Israel adalah wilayah yang diduduki dan menuntut pengembaliannya.
Siapa yang tinggal di sana?
Lebih dari 40.000 orang tinggal di Golan yang diduduki Israel, lebih dari separuhnya adalah warga Druze.
Druze adalah minoritas Arab yang mempraktikkan sebuah cabang dari Islam dan banyak penganutnya di Suriah telah lama setia pada rezim Assad.
Setelah mencaplok Golan, Israel memberikan Druze pilihan kewarganegaraan, tetapi sebagian besar menolaknya dan masih mengidentifikasi diri sebagai orang Suriah. Sekitar 20.000 pemukim Israel juga tinggal di sana, banyak di antaranya bekerja di bidang pertanian dan pariwisata.