Israel Menentang
Israel menolak setiap perjanjian Palestina yang bertujuan untuk mempertahankan kontrol atas Jalur Gaza menyusul perang yang sedang berlangsung di Tel Aviv. Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, mengatakan bahwa Tel Aviv tidak akan mengizinkan kontrol bersama atas Gaza oleh Hamas dan Fatah.
"Pada kenyataannya, hal ini tidak akan terjadi karena kekuasaan Hamas akan dihancurkan," kata Katz dalam sebuah pernyataan di X.
"Abbas akan mengawasi Gaza dari jauh. Keamanan Israel akan tetap berada di tangan Israel," tambahnya.
Israel menentang kembalinya Otoritas Palestina yang berbasis di Ramallah ke Gaza dan telah bersumpah untuk mengakhiri kekuasaan Hamas di daerah kantong pantai tersebut.
Kesepakatan Beijing bukanlah yang pertama yang dicapai oleh Hamas dan Fatah sejak perpecahan mereka pada 2007.
Putaran pembicaraan rekonsiliasi serupa diadakan pada tahun-tahun sebelumnya di Turkiye, Aljazair, Rusia, dan Mesir, namun semuanya gagal membuat terobosan dalam berkas rekonsiliasi Palestina.
Wilayah Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza telah terbagi secara politis sejak Juni 2007 karena perbedaan pendapat yang tajam antara Fatah dan Hamas.
Hamas menguasai Jalur Gaza pada tahun 2007, satu tahun setelah memenangkan pemilu legislatif tahun 2006, sementara Fatah menguasai Tepi Barat.
Kesepakatan Beijing terjadi di saat Israel melanjutkan serangan mematikannya di Jalur Gaza, yang telah menewaskan hampir 39.100 warga Palestina sejak 7 Oktober 2023 setelah serangan Hamas.
Lebih dari sembilan bulan setelah perang Israel, sebagian besar wilayah Gaza berada dalam kehancuran di tengah-tengah blokade makanan, air bersih, dan obat-obatan yang melumpuhkan.
MIDDLE EAST MONITOR
Pilihan Editor: Apakah Putusan ICJ tentang Pendudukan Israel Dapat Mengubah Nasib Palestina?