TEMPO.CO, Jakarta - Partai Thai Raksa Chart atau TRC yang dibubarkan Pengadilan Konstitusi Thailand menyerukan kepada seluruh anggota dan pendukungnya untuk golput dalam pemilu pada 24 Maret mendatang.
Partai TRC yang didukung mantan perdana menteri yang mengasingkan diri di luar negeri, Thaksin Shinawatra, melakukan strategi golput.
Baca: Partai Pesaing Utama Junta Dibubarkan Sebelum Pemilu Thailand
Strategi ini ditujukan agar pendukungnya di wilayah TRC dipastikan menang tidak jatuh ke partai lain.
Partai oposisi ini juga berusaha memanfaatkan sistem pemilu yang baru bekerja sama dengan partai oposisi, Pheu Thai agar kandidat anggota parlemen dari partai TRC yang sudah terdaftar dapat bergabung di partai Pheu Thai.
Selain itu, TRC juga bermaksud akan digelar pemilu putaran kedua untuk mencegah menangnya partai berkuasa yang mengusung inkumben, perdana menteri Prayuth Chan-o-cha.
Baca: Parpol Usung Putri Raja di Pemilu Thailand Terancam Dibubarkan
Mantan perumus konstitusi baru Thailand, Udom Ramarit menegaskan, 13 petinggi partai TRC tidak dapat menjadi petinggi atau jadi anggota parlemen dari partai lain karena mereka sudah 90 hari tidak lagi menjadi anggota partai setelah TRC dibubarkan. Mereka juga tidak dapat menjadi anggota pimpinan partai lain karena sesuai hukuman mereka dilarang melakukan aktivitas politik selama 10 tahun.
Putri Ubolratana Rajakanya menyatakan rasa sedih atas pembubaran partai TRC.
Partai TRC mengusung putri kerajaan Thailand ini sebagai kandidat perdana menteri dalam pemilu, namun raja mengingatkan bahwa keluarga kerajaan dilarang berpolitik.
Baca: Pemilu Thailand, Jenderal Prayut Jadi Kandidat Perdana Menteri
"Sangat sedih dan cerita menyedihkan," kata putri Ubolratana di Instagram menanggapi informsi dari para pendukungnya tentang pembubaran partai TRC oleh pengadilan konstitusi.
Partai TRC yang menyerukan golput baru berdiri kurang dari setahun lamanya. TRC dibubarkan setelah mendaftarkan putri Ubolratana Rajakanya sebagai kandidat perdana menteri di pemilu Thailand.
