TEMPO.CO , Den Haag - Kereta emas Ratu Belanda kembali meluncur di Den Haag, Selasa 18 September 2012. Setahun sekali, kereta itu mengantar Ratu Beatrix dari kediamannya ke gedung parlemen untuk berpidato di hadapan legislator.
Namun, sejak 1898, panel di sisi kereta yang menggambarkan perbudakan di era kolonial tak kunjung diganti. Berjudul "Upeti dari Koloni," lukisan itu berisi sejumlah orang berkulit cokelat dan hitam menunduk takzim pada figur berkulit putih dan menyerahkan upeti kepada para penjajah.
"Kami mendesak lukisan yang menunjukkan kejahatan terhadap Indonesia dan Afrika itu dicopot," ujar Yayasan Peringatan Perbudakan Belanda dan Komite Utang Kehormatan Belanda dalam surat kepada Perdana Menteri Belanda Mark Rutte dan Ratu Beatrix, tertanggal 18 September 2012.
Menurut kedua lembaga itu, seharusnya panel dimuseumkan bersama karya seni lainnya yang menonjolkan perbudakan masa penjajahan Belanda. "Kami percaya museum adalah tempat terbaik untuk menginformasikan masa lalu kelam Belanda yang memperdagangkan budak, memperbudak, dan menjajah bangsa lain serta dampaknya," kata Ketua Yayasan, Barryl A Biekman, dan Ketua Komite, Jeffry M Pondaag.
Sebagai gantinya, pemerintah disarankan mengadakan kompetisi bagi seniman untuk mengisi ruang kosong jika panel itu ditanggalkan.
Kereta emas itu merupakan hadiah dari penduduk kota Amsterdam untuk Ratu Wilhelmina, nenek Ratu Beatrix. Dibuat tahun 1898, kereta kencana tersebut pertama kali dipakai Ratu Wilhelmina saat menikah dengan Pangeran Hendrik tahun 1901.
Setelahnya, tiap Selasa ketiga di bulan September, kereta dipakai mengantar Ratu untuk membacakan pidato kebijakan negara yang disusun Perdana Menteri di depan anggota parlemen.
Pada abad XVII hingga pertengahan abad XX, wilayah jajahan utama Belanda, yang banyak mendongkrak pertumbuhan ekonomi negara kecil itu, ialah Indonesia dan Afrika Selatan.
BUNGA MANGGIASIH
Berita terpopuler lainnya:
Begini Nasib Keluarga Pembuat Film Anti-Islam
Iran Akan Kejar Pembuat Film Anti-Islam
Pria "Miskin" Ini Simpan Sepeti Emas di Rumahnya
Iran Tempatkan Penasehat Militer di Suriah
Jepang Hentikan Bisnisnya di Cina
Dubes AS untuk Libya Masih Hidup Saat Dievakuasi
Polisi Bali Antisipasi Aksi Protes Film Anti Islam
Bom Bunuh Diri di Kabul, 12 Tewas
Aung San Suu Kyi Mulai Kunjungan ke AS