TEMPO.CO, KOTA VATIKAN—Paus Fransiskus mengecam serangan udara pasukan koalisi Amerika Serikat yang menewaskan sedikitnya 200 orang di Kota Mosul, Irak.
Seperti dilansir Reuters, Rabu 29 Maret 2017, pemimpin tertinggi umat Katolik sedunia itu menegaskan bahwa melindungi warga sipil di Irak merupakan kewajiban semua pihak yang terlibat dalam konflik di negara itu.
Baca: Anak Mosul, Irak, Diberi Obat Penenang demi Lolos dari ISIS
Paus menyatakan hal tersebut setelah terdengar kabar bahwa serangan pesawat udara Amerika Serikat di Mosul telah menewaskan ratusan orang di kota terbesar kedua Irak tersebut.
Saat berpidato di depan puluhan ribu orang yang berkumpul di Alun-Alun Santo Petrus, Paus mengatakan bahwa ia sangat prihatin terhadap nasib para warga sipil yang terjebak di pemukiman Mosul bagian barat.
“Semua pihak harus berkomitmen untuk melindungi warga sipil, sebagai kewajiban yang harus dijalankan,” kata dia.
Pernyataan Paus berselang satu hari setelah seorang komandan senior Amerika Serikat mengakui bahwa pesawat tempur dari pihaknya telah menjatuhkan bom di pemukiman padat penduduk di Mosul bagian barat pada 17 Maret lalu.
Pasukan Irak, dengan bantuan pesawat tempur Amerika Serikat, kini tengah melancarkan operasi pembebasan kota Mosul dari penguasaan kelompok bersenjata ISIS.
Baca: Paus Fransiskus Bersuara Bela Warga Muslim Rohingya
Serangan pesawat udara itu diduga mengenai sebuah truk berisi bahan peledak sehingga kerusakan yang ditimbulkan sangat besar.
Insiden yang sama diduga menewaskan lebih dari 200 warga sipil di Mosul.
Organisasi pembela hak asasi manusia, Amnesti Internasional, mengatakan bahwa tingginya korban tewas dari kalangan sipil di Mosul menunjukkan bahwa pasukan koalisi Amerika Serikat telah sembrono sehingga tidak bisa mencegah kematian dari non-kombatan.
Perserikatan Bangsa-Bangsa melaporkan bahwa 307 warga sipil telah tewas sementara 273 lainnya menderita luka sejak 17 Februari lalu. Mereka menduga bahwa ISIS dengan sengaja mengumpulkan para warga di sejumlah bangunan dan menjadikan mereka sebagai tameng. ISIS juga dituding sering menembaki warga yang hendak melarikan diri.
REUTERS | SITA PLANASARI AQUADINI