TEMPO.CO, Jakarta -Paus Fransiskus mengecam berita bohong sebagai iblis dan mendesak jurnalis untuk menjalankan misinya mencari kebenaran. Menurutnya, berita bohong tercatat secara alkitabiah pertama kali terjadi ketika Hawa mengambil buah apel dari Taman Eden berdasarkan informasi yang salah dari ular.
Baca: Kartu Tahun Baru Paus Fransiskus tentang Anak Korban Bom Nagasaki
"Strategi dari keahlian Bapak Penipu ini adalah bujukan berbentuk peniruan yang tepat, lick dan berbahaya yang merasuk ke dalam hati dengan argumen-argumen yang salah dan menarik," kata Paus Fransiskus dalam pesan tertulisnya memperingati tahun komunikasi sosial yang mengangkat tema Berita Bohong dan Jurnalisme Perdamaian, seperti dikutip dari Al Arabiya, 24 Januari 2018.
Mengutip Independent.co.uk, Vatikan merayakan pesta Santa Francis de Sales, pelindung para jurnalis setiap tanggal 24 Januari.
Dalam pesan tertulisnya lebih lanjut, Pemimpin umat Katolik sedunia ini menjelaskan, memberikan informasi yang salah oleh Setan tentang buah itu membuat Hawa dan Adam mengetahui segala sesuatu seperti Tuhan.
Baca: Paus Fransiskus Ingin Ubah Doa Bapa Kami, Ini Alasannya
"Berita bohong merupakan tanda tidak toleran dan sikap hipersensitif dan mengarah hanya untuk menyebarkan kebencian dan keangkuhan. Ini adalah hasil akhir dari kebohongan. Kebenaran akan membebaskan anda," ujar Paus Fransiskus.
Selain masalah berita bohong, Paus Fransiskus juga mengecam manipulasi penggunaan jaringan sosial untuk mempengaruhi keputusan politik dan masalah ekonomi.
Fenomena berita bohong saat ini, menurut Bapa Suci, mengakar pada eksploitasi stereotipe dan prasangka umum masyarakat, khususnya amarah.
Baca: Paus Fransiskus Mohon Maaf Kepada Rohingya
Bahkan, Paus Fransiskus menjelaskan, dengan bantahan yang diberikan oleh otoritas yang dipercaya, laporan berita bohong menyebar karena dorongan emosi dan disebarkan tanpa klaim berdasar.
"Jurnalisme tidak sekadar pekerjaan, ini adalah misi. Kita perlu membuka kedok yang disebut taktik ular yang digunakan untuk menyerang kapan dan dimana saja," kata Bapa Suci ini.
Paus Fransiskus pun mengingatkan para jurnalis bahwa masyarakat adalah pusat dari laporan jurnalistiknya, bukan kecepatan atau klik seraya berharap seluruh industri media untuk mengurangi konsentrasinya pada berita breaking news, tapi lebih mendalami penyebab konflik dan memberi alternatif terhadap penyelesaian masalah.