TEMPO.CO, Mexico City- Nama Presiden Meksiko, Enrique Pena Nieto sering muncul di media massa akhir-akhir ini menyusul perlawanannya terhadap kebijakan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump untuk membangun tembok perbatasan antara kedua negara.
Siapa Nieto, pemimpin negara berpenduduk 116 juta jiwa dan nomor dua terbesar perekenomiannya di Amerika Latin?
Baca juga:
Presiden Nieto: Meksiko Tidak Akan Bayar Biaya Bangun Tembok
Biaya Bangun Tembok Perbatasan AS-Meksiko Ratusan Triliun!
Presiden Meksiko Nieto Diminta Batalkan Bertemu Donald Trump
Nieto memenangkan pemilihan presiden Meksiko pada 2012 dengan didukung Partai Revolusioner Institusional (PRI). Kemenangannnya menandai kebangkitan PRI yang mendominasi politik Meksiko selama abad ke-20 dan sempat terpuruk pada abad 21.
Lahir di Atlacomulco, pada 20 Juli 1966 dari keluarga terpandang, Nieto merupakan anak sulung dari empat bersaudara. Ia mengemban pendidikan hukum di Universidad Panamericana pada 1989 dan melanjutkan di Instituto Tecnológico de Estudios Superiores de Monterrey, untuk mendapat gelar MBA pada 1991.
Sebelumnya ia terjun ke dunia politik pada 1984 dengan menjadi anggota PRI pada usia 18 tahun. Karirnya dalam dunia politik terbilang cukup gemilang dan cepat.
Setelah bergabung dalam PRI dan menamatkan pendidikannya, ia mulai bekerja sebagai staf khusus sepupunya, Arturo Montiel Rojas, Gubernur Negara Bagian Meksiko pada 1999. Pada tahun 2000 hingga 2002, ia menjadi sekretaris administrasi untuk Negara Bagian Meksiko. Ia lalu menjadi anggora DPR Negara Bagian Meksiko periode 2003-2004.
Pada 2005 ia mencalonkan diri sebagai Gubernur dan memenangkan pemilu untuk menetapkannya sebagai pemimpin Negara Bagian Meksiko dari 2005-2011.
Secara mengejutkan pada 1 Juli 2012, ia memenangkan pemilu presiden Meksiko dengan meraih suara sebanyak 38 persen. Dia mengalahkan politisi sayap kiri Manuel Lopez Obrador dan calon lainnya Josefina Vazquez Mota.
Selama kampanye pemilu, ia berjanji untuk mereformasi PRI yang selama tujuh dekade kekuasaannya terlibat dalam korupsi dan patronase. Selain itu ia berjanji membangun jalan raya baru untuk meningkatkan pasokan air bersih untuk seluruh warga.
Selama memimpin Nieto menuai kritikan atas meningkatnya perdagangan dan kekerasan narkoba, kemiskinan, i dan skandal lainnya.
Pada 2014 ia dihadapkan serangkaian aksi protes terhadap meningkatnya kasus kekerasan di negara itu. Para pengunjuk rasa berbaris di Mexico City, sebagai reaksi terhadap hilangnya 43 mahasiswi dari sebuah perguruan tinggi di negara bagian Guerrero pada bulan September.
Bahkan kasus itu sempat memunculkan usulan baginya untuk mengundurkan diri oleh salah satu orang dekatnya. Perihal pengunduran diri itu diketahui berdasarkan rekaman yang tersebar luas ke publik melalui media sosial.
Menolak mengundurkan diri, Nieto mengusulkan serangkaian reformasi untuk membantu memerangi kejahatan dan korupsi di Meksiko.
Pada November 2014 ia kembali dirundung isu skandal tinggal di mewah rumah seharga US$ 7 juta atau setara Rp 93,3 miliar. Pemilik rumah itu adalah kontraktor yang selalu memenangkan proyek-proyek besar pemerintah. Sebagai tanggapan, pemerintah mengatakan bahwa istri Nieto, Angélica Rivera telah melakukan pembayaran rumah dengan uang yang dihasilkan dari karier aktingnya.
Ayah empat anak dari dua pernikahan tersebut juga kerap dikritik lawan-lawan politiknya sebagai manusia tanpa ideologi. Mereka mengatakan ia menggunakan ketampanannya dan pesona serta memanfaatkan popularitas istrinya yang merupakan seorang bintang sinetron, untuk sampai ke puncak sistem politik.
Tapi pendukung presiden yang kini berusia 50 tahun tersebut, berpendapat bahwa dia tidak akan mampu mendorong reformasi, jika dia tidak memiliki kecerdasan dan keyakinan politik.
BBC|CNN|YON DEMA