TEMPO.CO, Caracas - Sedikitnya tiga orang tewas tertembak dalam unjuk rasa yang diklaim sebagai demonstrasi terbesar yang dilakukan di seluruh Venezuela pada Rabu, 19 April 2017. Para pengunjuk rasa menuntut Presiden Nicolas Maduro mundur dari jabatannya.
Seorang remaja 17 tahun di Caracas, ibu kota Venezuela, dan seorang mahasiswi di San Cristobal, dekat perbatasan Kolombia, tewas tertembak. Seorang anggota Garda Nasional juga terbunuh di selatan ibu kota.
Baca juga: Venezuela Tangkapi Pedagang Kue dan Roti Mahal
Remaja 17 tahun yang diidentifikasi sebagai Carlos Moreno itu meninggal di sebuah rumah sakit setelah ditembak di kepala oleh orang-orang bersenjata yang mengendarai sepeda motor. Saksi mata dan seorang anggota keluarga mengatakan Moreno sedang dalam perjalanan untuk bermain sepak bola dan tidak berencana ambil bagian dalam demonstrasi tersebut.
Sore harinya, Paola Ramirez, 23 tahun, seorang mahasiswi, ditembak di kepala oleh kelompok pendukung pemerintah ketika dia ingin meninggalkan demonstrasi di Kota San Cristobal.
Baca juga: Resesi, Para Napi di Venezuela Kelaparan hingga Tewas
Unjuk rasa yang diikuti ratusan ribu orang tersebut dilakukan untuk mendesak Presiden Nicolas Maduro mundur di tengah meningkatnya ketegangan atas krisis politik dan ekonomi negara tersebut.
Ratusan orang bergabung dalam demonstrasi di seluruh Venezuela. Ribuan orang memenuhi jalan raya Caracas. Oposisi mengklaim Maduro telah menjalankan pemerintahan diktator.
Baca juga: Venezuela Resesi, Penukaran Uang 100 Bolivar Berujung Rusuh
Namun Maduro menuding aksi unjuk rasa itu sebagai kudeta terhadap sistem sosialis yang telah susah payah dibangun oleh mendiang Presiden Hugo Chavez.
Kematian tiga orang itu menjadikan jumlah korban sepanjang aksi unjuk rasa krisis politik Venezuela yang dilanda masalah ekonomi tersebut bertambah menjadi delapan orang dalam bulan ini. Pemerintah Venezuela sebelumnya menyatakan lima tewas, termasuk anak 13 tahun, dalam unjuk rasa pada awal April ini.
BBC | AL JAZEERA | YON DEMA