TEMPO.CO, Jakarta - Iran dan Venezuela sepakat untuk meningkatkan perdagangan bilateral dari US$3 miliar atau sekitar Rp44 triliun menjadi US$20 miliar atau sekitar Rp297 triliun, kata Presiden Iran Ebrahim Raisi seperti dilansir Reuters.
Hal itu disampaikan Presiden Raisi dalam kunjungannya ke Caracas, Venezuela pada Senin.
Baca Juga:
Selama kunjungan tersebut, kedua negara menandatangani nota kesepahaman untuk memperluas kerja sama di bidang petrokimia, termasuk melaksanakan proyek-proyek bersama serta membangun kerja sama yang sudah erat di sektor minyak.
"Kami telah memutuskan untuk meningkatkan kerja sama kedua negara," kata Raisi dalam pernyataan bersama Presiden Venezuela Nicolas Maduro setelah mengesahkan kesepakatan di sektor petrokimia dan selusin kesepakatan kerja sama lainnya.
"Kami bertujuan untuk menjalin kerja sama komersial dan ekonomi. Langkah pertama adalah meningkatkan kerja sama menjadi US$10 miliar atau sekitar Rp1.467 triliun, dan selanjutnya ke US$20 miliar," ujarnya.
Kedua negara yang kini sedang berada di bawah sanksi Amerika Serikat tersebut tidak merinci tentang kesepakatan petrokimia yang telah ditandatangani.
Media Venezeula mengabarkan bahwa kesepakatan antara perusahaan petrokimia Venezuela Pequiven dan mitranya dari Iran akan memfasilitasi kerja sama dalam eksplorasi dan pengembangan minyak serta proyek bersama.
Kedua negara juga menandatangani kesepakatan untuk memperluas kerja sama di bidang pertambangan.
Maduro memuji kunjungan Raisi dan hubungan bilateral Iran-Venezuela serta mengatakan kesepakatan dan investasi lebih lanjut akan segera dilakukan.
Kunjungan ke Caracas adalah perhentian pertama Raisi dalam rangkaian kunjungannya ke kawasan Amerika Latin. Raisi juga akan melakukan perjalanan ke Kuba dan Nikaragua.
Iran dan Venezuela menandatangani rencana kerja sama 20 tahun di Teheran tahun lalu, yang menjanjikan kemitraan kedua negara di bidang minyak, pertahanan, dan lainnya.
Kesepakatan itu termasuk perbaikan kilang minyak di Venezuela, yang memiliki cadangan minyak mentah terbesar di dunia, tetapi masih berjuang untuk menghasilkan bensin dan solar yang cukup. Hal itu menyebabkan kekurangan pasokan bahan bakar yang memaksa pengemudi mengantri berjam-jam.
Saat ini Iran telah menyediakan bahan bakar dan pengencer untuk mengubah minyak mentah ekstra berat Venezuela menjadi varietas yang dapat diekspor, dan Iran sejak 2020 telah memasok suku cadang untuk perbaikan sirkuit penyulingan.
Kilang minyak milik Iran, NIORDC, menandatangani kontrak senilai 110 juta euro atau sekitar Rp1,7 triliun pada Mei 2022 untuk melakukan perbaikan di kilang terkecil Venezuela, El Palito, yang memiliki kapasitas 146.000 barel per hari.
Iran juga akan terlibat dalam proyek modernisasi di kompleks kilang terbesar Venezuela, sebagai usaha untuk memulihkan kapasitas penyulingan.
Pilihan Editor: Profil Presiden Iran Ebrahim Raisi, Belum Lama Bertemu Jokowi dan Sambangi Masjid Istiqlal
REUTERS