TEMPO.CO, BEOGRAD – Perdana Menteri Aleksandar Vucic, yang dikenal sebagai kroni Rusia, memenangi pemilihan presiden Serbia, Ahad waktu setempat.
Seperti dilansir Reuters, Senin, 3 April 2017, proyeksi suara lembaga Ipsos menyebutkan, Vucic, 47 tahun, menang dengan 55 persen suara. Adapun pesaingnya yang bekas pengacara hak asasi manusia, Sasa Jankovic, terpaut 16,2 persen suara.
“Pemilu kali ini menunjukkan mayoritas warga Serbia ingin melanjutkan hubungan baik dengan Eropa Barat, meski tetap dekat dengan Cina dan Rusia,” kata Vucic dalam pidato kemenangan di hadapan pendukungnya.
Baca: Serbia Pilih Presiden Baru
Vucic akan dilantik pada akhir Mei nanti, tapi diperkirakan akan menjadi pemimpin de facto karena dia mengendalikan Partai Progresif yang sedang berkuasa di Serbia.
Selama kampanye pemilu, Vucic sempat bertemu dengan Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Namun pertemuan dengan Putin sangat meresahkan Uni Eropa karena Vucic memperoleh janji bantuan peralatan tempur oleh Kremlin. Hal ini dilihat sebagai upaya Rusia untuk memperluas pengaruhnya di Serbia dan Balkan.
Kemenangan ini juga menjadi tamparan keras bagi partai-partai oposisi Serbia yang menyebut kekuasaan Vucic lama kelamaan menjadi otokratik.
Kendati pertumbuhan ekonomi dan fiskalnya stabil, Serbia relatif miskin dan dijangkiti korupsi. Tetapi kepada para pendukungnya, Vucic berjanji akan tegas.
”Saya mendukung stabilitas, kami sudah cukup berperang,” kata Bozica Ivanovic, pensiunan berusia 65 tahun yang mendukung Vucic.
”Kami butuh lapangan kerja yang banyak untuk kaum muda, dan jika kami bisa mendapat tunjangan pensiun lebih besar lagi, itu lebih baik lagi,” tuturnya.
REUTERS | AP | SITA PLANASARI AQUADINI