TEMPO.CO, Kopenhagen— Ali Sonko yang bekerja sebagai pencuci piring di salah satu restoran terbaik di dunia, pekan ini diangkat menjadi salah satu bos restoran tersebut.
Seperti dilansir The Washington Post, Jumat 3 Maret 2017, restoran Noma yang berada di Denmark, memberikan kehormatan kepada Sonko, imigran asal Gambia, untuk menjadi satu dari tiga bos baru rumah makan yang telah memperoleh gelar terbaik di dunia sebanyak empat kali itu.
Baca: Ratu Inggris Cari Pencuci Piring, Digaji Rp 294,3 Juta!
Bagi dunia restoran pada umumnya, profesi pencuci piring mungkin bukanlah pekerjaan yang menjanjikan dan memberikan rasa hormat.
Tetapi bagi chef sekaligus pendiri Noma, Rene Redzepi, Ali adalah jantung sekaligus jiwa bagi restoran.
“Orang sulit menghargai betapa beruntungnya memiliki Ali yang bekerja untuk kami,” kata Redzepi kepada 250 hadirin yang merayakan pembukaan restoran baru Noma di Christianshavn. “Dia selalu tersenyum meski harus menghidupi 12 anak.”
Penghargaan ini juga diberikan Redzepi sebagai penghormatan bagi ayahnya yang juga bernama Ali. “Ayah saya bekerja sebagai pencuci piring ketika baru tiba di Denmark,” ujar Redzepi, keturunan imigran Albania Makedonia.
Ali, 62 tahun, telah bersama restoran Noma sejak berdiri pada 2003 di sebuah gudang. Selama 13 tahun terakhir, Ali tak pernah beranjak dari profesinya sebagai pencuci piring.
Di Noma, meski “hanya” mencuci piring, Ali sangat dihormati para koleganya dan memiliki salah satu gaji tertinggi.
Bersama Direktur Pelayanan Lau Richter dan manajer James Spreadbury, Ali akan memperoleh bagian 10 persen saham perusahaan. Redzepi menyebut total nilai perusahaan mencapai lebih dari US$ 20 juta dan masih terus berkembang.
Kepada BT, tabloid Denmark, Ali mengatakan merasa sangat terhormat. “Saya sangat bahagia bekerja di sini. Mereka adalah orang-orang terbaik untuk bekerja sama,” ujar Ali, bungah.
Ali sempat menjadi berita pada 2010 ketika kru Noma bertolak ke London untuk menerima penghargaan terbaik dalam ajang 50 Restoran Terbaik Dunia.
Dalam kesempatan itu, Ali tak bisa ikut karena gagal memperoleh visa. Seluruh rekan Ali pun mnegenakan kaos bergambar wajah Ali saat menerima penghargaan itu.
Dua tahun kemudian saat Noma kembali menjadi restoran terbaik dunia untuk tiga tahun berturut-turut, Ali berdiri di atas panggung untuk membacakan pidato mewakili para koleganya.
THE WASHINGTON POST | BT | BBC | SITA PLANASARI AQUADINI