TEMPO.CO, Kopenhagen—Denmark untuk pertama kali mengeluarkan larangan masuk dan berkhotbah atas lima ulama dan seorang pendera Kristen dari luar negeri karena dituduh menyebarkan kebencian.
Seperti dilansir Reuters, Selasa 2 Mei 2017, mereka terdiri atas Mohamad al-Arifi dan Salman al-Ouda dari Arab Saudi, Kamal El-Mekki dan Pendeta Terry Jones dari Amerika Serikat, serta Bilal Philips dari Kanada dan Mohammad Rateb al-Na dari Suriah.
Baca: Denmark Copot Warga Negaranya yang Bertempur untuk ISIS
Saat mengeluarkan daftar ini, Menteri Imigrasi dan Integrasi, Inger Stojberg, menegaskan pemerintah tidak akan membiarkan yang disebutnya sebagai pengkhotbah kebencian merusak nilai-nilai Denmark.
“Denmark tidak memberi ruang bagi pengkhotbah kebencian, orang-orang yang datang ke sini untuk menggulingkan masyarakat Denmark, datang ke sini untuk memicu terorisme, untuk mendorong gaya hidup yang amat berbeda dari yang kami yakini," demikian pernyataan Stojberg.
Rencana untuk mengeluarkan daftar ini diumumkan Mei 2016 lalu setelah sebuah kamera rahasia merekam beberapa ulama Islam menyampaikan khotbah yang dianggap radikal di masjid Parlemen mendukung sepenuhnya rencana tersebut.
Denmark mengalami serangan teror pada 2015 ketika seorang warga Denmark keturunan Palestina, yang menjadi radikal selama dalam penjara, menewaskan dua orang dalam serangan atas dua tempat di ibu kota Kopenhagen.
Baca: Pelaku Muntahkan 200 Peluru ke Peserta Diskusi di Denmark
Dia menembak seorang sutradara film di sebuah acara debat tentang Islam dan kebebasan berbicara sebelum menembak seorang petugas keamanan Yahudi di sebuah sinagog.
Masih pada 2015, kewarganegaraan Denmark dicabut dari seorang pria Maroko karena menyebarkan buku yang ditulis oleh ulama yang memiliki kaitan erat dengan Al-Qaida.
Namun Denmark juga menjadi sasaran kemarahan umat Muslim dunia setelah koran Jyllands-Posten menerbitkan kartun tentang Nabi Mohammad tahun 2015.
Partai anti-Muslim memperoleh dukungan luas di wilayah Nordik sejak jumlah imigran muslim meroket pada 2015. Partai Rakyat Denmark yang anti-imigran kini menempati posisi kedua di parlemen.
REUTERS | BBC | DW | SITA PLANASARI AQUADINI