TEMPO.CO, YERUSALEM—Tahun 2016 tercatat menjadi masa paling mematikan bagi anak-anak Palestina yang tinggal di Tepi Barat dan Yerusalem. Data yang dilansir kelompok Pembela Aanak Internasional (DCI) ini dilansir The Independent pada Jumat 6 Januari 2017.
Laporan DCI menunjukkan selama tahun lalu, tentara Israel menewaskan 32 anak di bawah usia 18 tahun saat terjadi bentrok maupun peryerbuan. Sebanyak 19 korban tewas berusia 16-17 tahun, Sementara 13 lainnya menurut DCI baru berusia 13-15 tahun.
“Tentara Israel menerapkan tembak mati. Hal ini dapat mereka lakukan karena tidak ada konsekuensi yang menjerat mereka meski sejatinya melanggar hukum internasional,” kata Ayed Abu Eqtaish, Direktur Program Akuntabilitas DCI Palestina kepada Al Jazeera.
Rekor baru yang tercatat selama 2016 menurut DCI dipicu meningkatnya gelombang kekerasan di wilayah tersebut.
Sejak Oktober 2015, serangkaian serangan pisau dilakukan pemuda dan pemudi Palestina di Yerusalem. Serangan ini menewaskan 36 warga Israel, baik sipil maupun tentara. Lebih dari 150 warga Palestina tewas ditembak, menurut Human Rights Watch, meski tidak terkait kasus kekerasan.
Militer Israel menolak berkomentar atas laporan ini.
Menurut DCI, sebanyak 28 anak Palestina tewas pada 2015, 13 lainnya tewas pada 2014 dan hanya 4 pada 2013. Hanya ada satu kasuspembunuhan anak 17 tahun yang kini disidangkan selama tiga tahun terakhir.
L THE INDEPENDENT | AL JAZEERA | SITA PLANASARI AQUADINI