Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Begini Terapi Stres untuk Anak-anak Pengungsi Suriah

image-gnews
Sejumlah anak Palestina mengangkat senjata dan meneriakan slogan setelah mendengar kabar kematian Ariel Sharon di kamp Ein el-Hilweh, Libanon (11/1). Di tahun 1982, Sharon memimpin invasi ke Libanon yang mengakibatkan pembantaian ratusan pengungsi Palestina di kamp Sabra dan Shatila di Beirut tahun 1983.  (AP Photo/Mohammed Zaatari)
Sejumlah anak Palestina mengangkat senjata dan meneriakan slogan setelah mendengar kabar kematian Ariel Sharon di kamp Ein el-Hilweh, Libanon (11/1). Di tahun 1982, Sharon memimpin invasi ke Libanon yang mengakibatkan pembantaian ratusan pengungsi Palestina di kamp Sabra dan Shatila di Beirut tahun 1983. (AP Photo/Mohammed Zaatari)
Iklan

TEMPO.CO, Beirut - Jeritan keras terdengar dari puluhan anak Suriah dan Palestina yang berada di luar pusat komunitas kamp pengungsi Shatila di Libanon.  Tenang, mereka tidak terluka. Jeritan itu justru menjadi terapi stres bagi anak-anak korban konflik bersenjata dalam kelas perdamaian.

"Kami tidak saling memukul. Kami tidak mengatakan hal-hal buruk tentang satu sama lain. Anak laki-laki tidak memukul anak perempuan,” kata Hala, bocah 11 tahun kepada Thomson Reuters Foundation, Senin, 2 Januari 2017.

Hala, yang menolak menyebutkan nama keluarganya, melarikan diri dari Deir el Zor di Suriah dan telah tinggal di Libanon kurang dari dua tahun terakhir. Ia menyebutkan nama salah satu kegiatan favoritnya, yakni ketika setiap anak menceritakan situasi yang membuat mereka resah. Sebagai gantinya, anak lain akan membantu mencarikan solusi.

Dikelola oleh Basmeh dan Zeitooneh, sebuah lembaga amal setempat, mereka membentuk sebuah kelas yang memberikan kesempatan anak-anak untuk menyuarakan opini mereka, meredakan ketegangan karena perang dan terpaksa mengungsi, serta menemukan kembali impian mereka.

Lembaga amal ini berharap, jika anak-anak disibukkan dengan kegiatan seperti menggambar dan mendongeng, mereka dapat dijauhkan dari kelompok militan yang berusaha merekrut anak-anak dan remaja pengungsi. "Anak-anak ini telah mengalami banyak hal. Mereka trauma karena berbagai masalah,” ujar Elio Gharios, ketua program kelas perdamaian. “Mereka bermasalah, sedikit introvert, dan sering agresif.”

Libanon adalah rumah untuk satu juta pengungsi Suriah, separuhnya anak-anak, sejak perang saudara pecah hampir enam tahun silam. Negara itu juga menjadi tuan rumah bagi pengungsi Palestina yang terpaksa lari pada 1949.

Libanon membangun kamp Shatila setelah Israel berdiri pada 1948. Shatila, yang saat ini mencakup wilayah 1 kilometer persegi, menurut manajer Basma dan Zeitooneh, dihuni oleh 42 ribu pengungsi asal Palestina dan pendatang baru dari Suriah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Gharios, pria 24 tahun lulusan psikologi, menyebut anak-anak berusia 7-14 tahun menghadiri kelas ini. Setiap sesi terdiri atas 20 anak. Setiap kelas akan memulai hari dengan memutuskan bagaimana mereka dapat memperlakukan satu sama lain.

"Mencari solusi damai untuk menyelesaikan masalah sangat penting bagi mereka. Mereka akan belajar bahwa kekerasan bukan solusi,” tutur Gharios. “Mereka terlalu kecil ketika menyaksikan seseorang menodongkan senjata ke kepala orang lain.”

Caroline Brooks, manajer International Alert untuk Suriah, menyebut kelas perdamaian yang telah berjalan selama setahun terakhir itu terbukti mampu mencegah anak-anak terlibat dengan kelompok ekstremis. Seorang remaja 17 tahun melapor kepada guru di kelasnya bahwa perekrut kelompok Negara Islam menghubunginya melalui Facebook.  

REUTERS | SITA PLANASARI AQUADINI

Baca:
Situasi Terbaru di Suriah, Simak 15 Hal Penting dari PPI
ISIS Buat Aplikasi Android Huroof untuk Doktrin Anak-anak  

 

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Miris, Jual Beli Organ Tubuh Pengungsi Suriah Marak di Lebanon

28 April 2017

Seorang pengungsi asal Suriah membersihkan sepatu pelanggannya di jalanan Hamra, Beirut, Lebanon, 15 Maret 2016. Sejumlah anak-anak pengungsi Suriah bekerja sebagai penjual bunga, pembersih sepati dan pekerja bangunan di Lebanon. AP/Bilal Hussein
Miris, Jual Beli Organ Tubuh Pengungsi Suriah Marak di Lebanon

Sejak pecah perang saudara di Suriah pada 2011, sekitar 1,5 juta orang masuk ke wilayah Lebanon. Jumlah mereka hampir seperempat penduduk Libanon


8 Pesawat Intai Israel Langgar Wilayah Udara Lebanon

9 Maret 2017

Pesawat intai nirawak Israel, Heron. armybase.us
8 Pesawat Intai Israel Langgar Wilayah Udara Lebanon

Kantor berita ini juga mengatakan, enam pesawat perang Israel melanggar wilayah udara Lebanon.


Iran dan Hizbullah Dukung Gencatan Senjata di Suriah

13 Februari 2017

Sheik Hassan Nasrallah . (AP Photo/Hussein Malla, File)
Iran dan Hizbullah Dukung Gencatan Senjata di Suriah

Sayyed Nasrallah juga menepis isu mengenai kondisi pengungsi Suriah di Libanon.


Pemimpin Hizbullah Sebut Trump Pemimpin 'Idiot'  

13 Februari 2017

Hizbullah
Pemimpin Hizbullah Sebut Trump Pemimpin 'Idiot'  

Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hassan Nasrallah, menyebut dunia akan menjadi tempat yang lebih baik karena Presiden Amerika Serikat Donald Trump "idiot."


Aktivis Libanon Protes Menteri Urusan Perempuan Dijabat Pria

22 Desember 2016

Yasmin Shah dan Uzma Anjum, mempersiapkan bahan-bahan makanan yang nantinya akan disumbangkan untuk para pengungs Suriah di Libanon, saat berada di Ontario, Kanada, 24 November 2015. REUTERS/Fred Thornhill
Aktivis Libanon Protes Menteri Urusan Perempuan Dijabat Pria

KAFA, organisasi hak perempuan Libanon, menyerukan protes atas penunjukan Jean Ogasapian sebagai menteru pemberdayaan perempuan.


Cegah Penyusup, Libanon Bangun Tembok Dekat Kamp Pengungsi  

23 November 2016

Sejumlah pengungsi Suriah belajar bahasa Inggris di tempat pembuangan sampah (TPS) Beirut di Ouzai, Lebanon, 26 Oktober lalu. Sehabis bekerja, mereka terbiasa menyisihkan waktu untuk belajar bahasa Inggris dengan seorang guru. AP Photo/Bilal Hussein
Cegah Penyusup, Libanon Bangun Tembok Dekat Kamp Pengungsi  

Libanon membangun tembok di dekat kamp pengungsian warga Palestina, dengan tujuan mencegah kelompok radikal menyusup.


Plt Dubes Libanon, Azzi: Pemerintahan Kami Terunik di Dunia  

22 November 2016

Pelaksana Tugas Duta Besar Lebanon untuk Indonesia Joanna-Maria Azzi. Tempo/Natalia Santi
Plt Dubes Libanon, Azzi: Pemerintahan Kami Terunik di Dunia  

Pelaksana tugas Duta Besar Libanon untuk Indonesia, Joanna-Maria Azzi menjelaskan Libanon punya pakta nasional untuk merawat pluralitas dan toleransi.


Krisis Pemimpin, Michel Aoun Terpilih Jadi Presiden Libanon

31 Oktober 2016

Sejumlah peserta saling melemparkan bubuk pewarna saat ikut meramaikan acara Saida in Color yang merupakan bagian dari Sidon International Festival, di Libanon, 25 September 2016. REUTERS
Krisis Pemimpin, Michel Aoun Terpilih Jadi Presiden Libanon

Pria 81 tahun itu mendapatkan sokongan 83 suara anggota parlemen.



Panglima Hizbullah Tewas di Suriah  

13 Mei 2016

Mustafa Amine Badreddine. REUTERS
Panglima Hizbullah Tewas di Suriah  

Panglima utama Hizbullah Mustafa Amine Badreddine tewas dalam serangan udara Israel di perbatasan Libanon-Suriah pada pekan ini.


Ledakan Bom di Libanon, Pejabat Palestina Tewas

12 April 2016

Tentara berjaga di dekat mobil keluarga Haidar Mustafa yang rusak dalam pemboman di Beirut, Lebanon, 13 November 2015. Joey Ayoub menuduh media dan pemimpin dunia lebih memperhatikan teror di Paris dibanding di Lebanon. AP/Bilal Hussein
Ledakan Bom di Libanon, Pejabat Palestina Tewas

Siaran menunjukkan mayat seorang lelaki tergeletak di dekat
sebuah kendaraan yang terbakar.