TEMPO.CO, Caracas - Ratusan ribu rakyat Venezuela yang kelaparan kembali diizinkan menyeberang ke wilayah negara tetangga, Kolombia, selama akhir pekan untuk berburu makanan dan obat-obatan.
Seperti dilansir BBC pada Senin, 18 Juli 2016, lebih dari 100 ribu warga Venezuela terlihat menyeberang perbatasan tersebut pada Ahad.
Ini adalah kedua kalinya selama bulan ini rakyat Venezuela—yang hidup dalam kelaparan akibat resesi ekonomi—diizinkan melewati perbatasan yang selama ini ditutup dan dijaga ketat oleh tentara tersebut. Sebelumnya, pada pekan lalu, sebanyak 35 ribu warga menyeberangi perbatasan tersebut.
Pemerintah sosialis Venezuela yang dipimpin Nicolas Maduro menutup perbatasan pada Agustus 2015, menyusul penyelundupan dan penetrasi oleh pejuang Kolombia di perbatasan sepanjang 2.219 kilometer.
Venezuela telah terperosok ke dalam krisis ekonomi yang parah sehingga menyebabkan kosongnya rak-rak toko dan kurangnya obat-obatan. Kemerosotan harga minyak mengakibatkan kesengsaraan bagi sekitar 30 juta penduduk negara anggota produsen minyak (OPEC) tersebut. Para pengkritik menyalahkan penanganan urusan ekonomi negara oleh pemerintah.
Maduro, yang terpilih sebagai presiden pada 2013 setelah kematian Presiden Hugo Chavez, menegaskan bahwa dia adalah korban "perang ekonomi" yang dipimpin pebisnis yang didukung Amerika Serikat.
Menyusul terperosoknya perekonomian, masyarakat Venezuela kemudian turun ke jalan untuk berunjuk rasa menuntut penyediaan bahan makanan. Tidak jarang aksi tersebut berujung bentrokan dengan pihak berwenang di beberapa kota dalam beberapa pekan terakhir. Bahkan terjadi penjarahan di beberapa toko makanan yang sering menelan korban jiwa.
Oposisi meminta Maduro bertanggung jawab atas kekacauan yang terjadi di negara tersebut dan memintanya untuk turun dari tampuk kepemimpinan.
BBC | NEWS.AU | YON DEMA