TEMPO.CO, Teheran - Menteri Perminyakan Iran, Bijan Zangeneh, mengatakan, negaranya siap berunding dengan Arab Saudi dan anggota OPEC lainnya soal memanasnya harga minyak di pasar internasional.
Teheran baru-baru ini mengeskpor kembali minyaknya setelah Barat mencabut sanksi yang dikenakan terhadap Iran terkait dengan program nuklir. Negeri Mullah ini sebelumnya mengumumkan rencana memproduksi minyak 500 ribu barel per hari. Langkah ini menambah tekanan terhadap pasar yang kondisinya saat ini kelebihan pasokan, sementara OPEC menolak mengurangi produksinya.
"Kami mendukung adanya dialog dan kerjasama dengan negara anggota OPEC, termasuk Saudi," kata Zangeneh kepada wartawan. "Jika ada keinginan politik yang kuat, harga minyak akan berimbang dalam satu pekan ini," tulis Kantor Berita Republik Islam (IRNA) mengutip perkataan Zangeneh.
Menurutnya, tak satupun negara penghasil minyak merasa bahagia dengan harga yang ada sekarang ini sebab bakal merugikan negara pemasok dalam jangka panjang. Zangeneh menerangkan, Iran membutuhkan dana sebesar US$ 200 miliar atau sekitar Rp 2.857 triliun untuk investasi minyak.
Harga minyak dunia terpukul sejak musim panas 2014, melorot hingga 70 persen dari harga semestinya. Kondisi itu diperparah dengan penolakan negara-negara OPEC mengurangi produksi.
Adapun harga minyak mentah terjun bebas dari US$100 atau setara dengan Rp 1,4 juta per barel pada Juli 2014 menjadi US$ 30 (Rp 428 ribu) per barel. Kondisi itu akibat hantaman produksi minyak berlimpah, rendahnya permintaan, dan melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia khusunya konsumen terbesar yakni Cina.
AL JAZEERA | CHOIRUL AMINUDDIN