TEMPO.CO, Teheran - Pejabat Iran mengirim pesan kepada Amerika Serikat bahwa pihaknya memastikan pembebasan semua awak kapal berikut armadanya, Rabu, 13 Januari 2016. Menurut pejabat militer Iran, kapal tersebut ditahan karena memasuki teritorial laut Iran.
Berbicara kepada kantor berita Fars, juru bicara Pengawal Revolusi Iran, Jenderal Ramezan Sharif, mengatakan semua awak kapal berikut armadanya segera dibebaskan setelah diperiksa secara mendalam. "Jika investigasi yang kami lakukan menunjukkan tidak ada unsur kesengajaan, mereka pasti mendapat perlakuan berbeda. Sebaliknya, jika diperoleh informasi setelah dilakukan interograsi yang menyebutkan mereka melakukan aksi spionase atau pekerjaan yang tidak relevan, kami akan mengambil kebijaksanaan lain," ujarnya.
Keterangan berbeda diperoleh kantor berita semi-resmi Tasnim, mengutip pernyataan Laksamana Ali Fadavi, bahwa kesepuluh awak kapal akan segera dibebaskan. "Dua kapal perang telah memasuki perairan teritorial Iran akibat masalah navigasi," ucapnya.
Sebelumnya, beberapa sumber Fars menyebutkan kedua kapal perang Amerika itu ditahan pihak keamanan Iran karena memasuki perairan negeri itu, Selasa, 12 Januari 2016, dengan membawa senjata berat. "Kedua kapal dan 10 awaknya ditahan untuk diminta keterangan," kata sumber Fars.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Amerika di Pentagon, Washington, Peter Cook, mengatakan kepada kantor berita DPA, setelah kehilangan kontak dengan dua kapal tersebut, “Kami menghubungi pihak berwenang di Iran. Mereka membenarkan adanya penahanan dua kapal tersebut dan semua awak dalam kondisi selamat.”
Cook menjelaskan kepada kantor berita Associated Press, saat sedang melakukan perjalanan antara Kuwait dan Bahrain, kapal tersebut tiba-tiba tidak bisa dihubungi. “Kami telah menghubungi otoritas Iran dan menerima jaminan bahwa kapal beserta semua awaknya akan dikembalikan dalam waktu yang tepat.”
Salah seorang pejabat di Kementerian Pertahanan Amerika yang tak bersedia disebutkan namanya menuturkan kapal tersebut sedang menjalani latihan rutin di perairan Teluk, tapi salah satunya mengalami masalah teknis.
“Perairan itu secara rutin digunakan untuk latihan mengumpulkan informasi intelijen oleh Amerika Serikat, Iran, dan negara-negara Teluk. Kami berharap semua awak dan kapal dibebaskan pada Rabu, 13 Januari 2016,” ujar seorang pejabat senior yang tak disebutkan namanya.
WASHINGTON POST | AL JAZEERA | NEW YORK TIMES | CHOIRUL AMINUDDIN