TEMPO.CO, Phnom Penh – Perang sipil telah berakhir tiga dekade lalu. Namun warisan ladang ranjaunya telah menewaskan ribuan orang di Kamboja. Tercatat hampir 20 ribu orang tewas sejak 1979. Jumlah korban luka-luka akibat menginjak ranjau mencapai dua kali lipat dari jumlah itu.
Salah satu upaya terbaru yang dilakukan pemerintah Kamboja untuk menangani hal ini yakni melatih tikus-tikus khusus untuk melacak ladang ranjau. Pasukan elite yang sedikitnya terdiri atas sekitar 15 tikus tersebut secara khusus didatangkan dari Tanzania.
Binatang pengerat yang masing-masing berbobot 1,2 kilogram itu dihadirkan dan dilatih dengan bantuan sebuah organisasi nirlaba asal Belgia.
“Jika tikus-tikus itu lolos ujian, kami akan menggunakannya. Jika tidak, kami akan mengakhiri program ini,” kata Heng Ratana, Direktur Jenderal Pusat Aksi Ranjau Kamboja (Cambodian Mine Action Center/CMAC), seperti dilansir ABS-CBNNews, Sabtu, 20 Juni 2015.
Dia berharap bisa mengulang kesuksesan tim tikus serupa yang mampu mendeteksi tuberkulosis di beberapa negara Afrika, termasuk Tanzania, Mozambik, dan Angola.
Tikus-tikus itu kini dilatih di Provinsi Siem Reap, lokasi kompleks pagoda terkenal Angkor Wat. Sayangnya, seekor tikus mati setibanya di Kamboja. Tikus itu diduga tidak tahan terhadap perubahan iklim.
Tikus-tikus itu akan mulai diuji dalam beberapa pekan mendatang. Selain dites untuk mendeteksi semua jenis ranjau, mereka diuji apakah bisa mengetahui ranjau yang terkubur dan seberapa cepat kerja mereka.
“Mereka akan menguji tikus-tikus itu di ladang ranjau yang sesungguhnya,” kata Ratana sambil menambahkan bahwa terlalu dini untuk menyatakan pihaknya mereka bisa menggunakan tikus-tikus tersebut. Selain mendatangkan tikus pelacak, pemerintah Kamboja telah mengirim dua pakar ranjau ke Tanzania untuk mendapat pelatihan. Mereka kini membagi ilmu yang mereka dapat di negeri Afrika itu dengan rekan-rekan yang lain.
Bulan lalu, tim pembersih ranjau Kamboja menarik bom buatan Amerika dari Sungai Mekong. Menurut data pemerintah Kamboja, pada 2014, sebanyak 154 orang tewas atau luka-luka akibat ranjau sisa-sisa perang sipil, yang berakhir pada era 1960-an. Pada tahun sebelumnya, jumlah korban mencapai 111.
ABN-CBSNEWS | NATALIA SANTI