TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Kamboja pada Selasa, 28 Maret 2017, mengeluarkan aturan larangan ekspor air susu ibu (ASI) dan menghentikan pengirimannya ke sebuah perusahaan di Amerika Serikat.
Keputusan pemerintah ini disambut baik oleh badan Perserikatan Bangsa Bangsa Urusan Anak, UNICEF. Badan dunia ini khawatir perdagangan ASI ke luar negeri akan menurunkan jumlah anak di Kamboja yang mendapatkan asupan ASI.
Ambrosia Labs yang dikenal di Kamboja sebagai Khun Meada yang artinya "Terima Kasih Ibu" telah mengekspor ASI dari lebih kurang 90 perempuan Kamboja selama sekitar dua tahun. Perusahaan berkantor pusat di Utah, Amerika Serikat itu mengklaim sebagai perusahaan pertama yang membuat ASI yang diproduksi di mancanegara tersedia bagi Amerika Serikat.
Menurut Ngor Hong Ly, pejabat di Dewan Kementerian Kamboja, perdagangan atau ekspor ASI harus segera dihentikan. "Meskipun Kamboja mengalami kesulitan dan melarat, menjual ASI bukan pada tempatnya," kata Ngor Hong Ly.
Seperti diberitakan Broadly, Ambrosia Labs membangun fasilitas di area pemukiman miskin di Phnom Penh yang memungkinkan ibu-ibu memompa ASI untuk dijual. "Setiap ibu menerima 64 sen dolar untuk setiap 30 mililiter ASI. Biasanya mereka memompa 360 mililiter per hari, yang akan menghasilkan sekitar US$ 7. Untuk pelanggan Amerika, Ambrosia Labs menjual paket "Ten Pack" ASI beku dalam kemasan 150 mililiter seharga US$ 200."
Ambrosia tidak bersedia memberikan komentar ketika dimintai keterangan oleh kantor berita Reuters. Di laman Facebook, perusahan ini mengatakan, upaya yanag dilakukannya adalah demi keselamatan dan memberikan donor ASI kepada bayi yang membutuhkan.
REUTERS | CHOIRUL AMINUDDIN