TEMPO.CO, Washington - Pasukan tetap Angkatan Udara Amerika Serikat yang berbasis di gurun Nevada yang bertanggung jawab dalam pengoperasian serangan pesawat tak berawak badan intelijen AS, Central Intelligence Agency (CIA) di Pakistan. Menurut Guardian edisi 16 April 2014, itulah inti dari film dokumenter baru soal Drone, yang dirilis 15 April 2014.
Film ini -yang dibuat selama tiga tahun- mengidentifikasi unit yang melakukan serangan drone di wilayah kesukuan Pakistan itu sebagai Skuadron Pengintaian ke-17, yang beroperasi dari kompleks di sudut Pangkalan Udara Creech, 45 kilometer dari Las Vegas, di gurun Mojave.
Beberapa mantan operator drone mengklaim bahwa personel konvensional unit angkatan udara -bukan kontraktor sipil- yang menerbangkan drone Predator bersenjata CIA di Pakistan. Serangan drone CIA selama 10 tahun, menurut beberapa perkiraan, telah menewaskan lebih dari 2.400 orang.
Hina Shamsi, direktur Proyek Keamanan Nasional di Serikat Kemerdekaan Sipil AS, mengatakan, informasi baru ini menimbulkan pertanyaan legalitas dan pengawasan atas program itu. "Sebuah alat kekuatan mematikan di mana CIA dan militer reguler berkolaborasi sebagaimana mereka dilaporkan berisiko memperkecil mekanisme checks and balances yang membatasi di mana dan kapan kekuatan mematikan digunakan, dan menggagalkan akuntabilitas demokratis, yang itu tidak dapat berlangsung secara rahasia."
Guardian mengontak Dewan Keamanan Nasional (NSC) Gedung Putih, CIA, dan Departemen Pertahanan AS untuk memberikan komentar soal berita ini pekan lalu. NSC dan CIA menolak berkomentar, sementara Pentagon tidak memberikan tanggapan.
Peran skuadron ini, dan penggunaan personel angkatan udara reguler dalam program pembunuhan bertarget oleh CIA, pertama kali muncul dalam wawancara dengan mantan dua pasukan khusus operator pesawat tak berawak dalam film dokumenter baru berjudul Drone itu.
Brandon Bryant, mantan operator drone Predator AS, mengatakan, ia memutuskan untuk berbicara dalam film itu setelah para pejabat senior dalam pemerintahan Barack Obama memberikan penjelasan tahun lalu yang mengatakan bahwa mereka ingin mengalihkan kontrol program rahasia drone CIA kepada militer.
Bryant mengatakan pernyataan ini tidak jujur karena sudah dikenal luas di kalangan militer bahwa angkatan udara AS sudah terlibat dalam program itu. "Ada kebohongan tersembunyi di dalam kebenaran itu. Dan kebohongannya adalah, selalu angkatan udara yang menerbangkan misi itu. CIA mungkin pelanggannya, tetapi angkatan udara selalu yang menerbangkannya. Label CIA adalah hanya alasan untuk tidak harus menyerahkan informasi apapun (soal program itu)."
Mengacu pada skuadron ke-17, mantan Operator drone lain, Michael Haas, menambahkan: "Cukup dikenal luas (di antara personel AU AS) bahwa CIA yang mengontrol misi mereka."
Enam mantan operator drone lain yang bekerja bersama dalam unit itu, dan yang memiliki pengetahuan luas tentang program pesawat tak berawak, menguatkan klaim tersebut. Tapi tak satu pun dari mereka siap untuk bicara di depan kamera karena sensitivitas isu tersebut.
Bryant mengatakan pengawasan publik dari program drone sejauh ini difokuskan pada CIA, bukan militer, dan sudah waktunya untuk mengakui peran mereka yang telah melaksanakan misi tersebut.
"Semua orang berbicara tentang CIA di Pakistan, CIA double-tap (dua tembakan pistol dengan urutan cepat), CIA di Yaman, CIA di Somalia. Tapi saya tidak percaya bahwa mereka layak mendapatkan semua pujian untuk program pesawat tak berawak," katanya. "Mereka mungkin yang mengerakkan misi, mengatakan ini targetnya dan ingin mencapainya. (Tapi) Mereka tidak menerbangkannya."
GUARDIAN | ABDUL MANAN
Berita Lainnya
Bluefin Tak Sanggup Jangkau Area Hilangnya MH370
Hannigan, Kepala Baru Badan Intel Inggris GCHQ
Ukraina Rebut Kembali Bandara dari Separatis Rusia
Berlusconi Dihukum Urus Jompo Setahun