TEMPO.CO, Caracas - Presiden Nicolas Maduro setuju berbicara dengan oposisi Venezuela asalkan pertemuan itu difasilitasi oleh utusan dari negara lain. Pernyataan itu keluar setelah pertemuan dua hari antara menteri luar negeri dengan pemerintah Venezuela, pengunjuk rasa, mahasiswa, dan kelompok hak asasi manusia. (Venezuela Tahan 3 Jenderal Perencana Kudeta).
Tanggal serta hari pertemuan Maduro dengan oposisi Venezuela belum diumumkan. Namun, Maduro menyatakan terbuka untuk pengamat internasional. "Bahkan, ia menyinggung nama Kardinal Pietro Parolin, Sekretaris Negara Vatikan yang juga bekas Duta Takhta Suci Venezuela," tulis situs Seattle Pi, Kamis, 27 Maret 2014. (Perempuan Hamil Tewas dalam Unjuk Rasa Venezuela).
Beberapa jam sebelum pernyataan itu, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mengeluarkan komentar terhadap masalah Venezuela. Negara Abang Sam akan mempertimbangkan pemberian sanksi jika Maduro tidak berdamai dengan lawan politiknya. Saksi itu dianggap sebagai alat jitu untuk menekan Maduro. (Lagi. 300 Demonstran Bentrok di Venezuela).
"Jika tidak ada ruang demokrasi untuk oposisi, kami akan mempertimbangkan pemberian sanksi itu," kata Asisten Menteri Luar Negeri Roberta S. Jacobson.
Pemerintahan Maduro sendiri menolak tegas campur tangan Amerika terhadap masalah internal Venezuela. Juru bicara Dana Moneter Internasional (IMF) William Murray memperingatkan Venezuela agar mengembalikan keseimbangan ekonomi. IMF menawarkan bantuan teknis guna menurunkan inflasi yang melonjak hingga 57 persen sejak Februari 2014.
SEATTLE PI | CORNILA DESYANA
Terpopuler:
Inikah Rute MH370 Sebelum Menghilang?
Rambut Pria Korut Harus seperti Kim Jong-un
Kenapa Asuransi Warga Amerika di MH370 Lebih Besar
Filipina dan Muslim Moro Resmi Berdamai
Satelit Thailand Temukan 300 Serpihan Diduga MH370