TEMPO.CO, Kuala Lumpur - Di Malaysia, sebut saja nama Adam Adli. Orang pasti akan teringat sosok mungil bernyali besar yang menjadi ikon baru gerakan pemuda di Negeri Jiran tersebut. Tindakan bengal Adam yang menurunkan bendera bergambar Perdana Menteri Najib Tun Razak di depan bangunan Putra World Trade Centre, pertengahan Desember 2011 lalu, dan menggantinya dengan bendera Solidariti Mahasiswa Malaysia (SMM) membuat namanya kerap dibicarakan banyak orang di Malaysia.
Keberanian Adam itu ternyata terinspirasi salah seorang tokoh gerakan mahasiswa Indonesia, almarhum Soe Hok Gie. "Saya mengagumi Soe Hok Gie. Saya membaca bukunya, bahkan sudah berkali-kali," katanya kepada Tempo, Jumat, 11 Januari 2013. "Selain Soe Hok Gie, saya juga mengagumi Ahmad Wahib." Ahmad Wahib dikenal dengan pemikirannya tentang Islam lewat catatan hariannya yang dijadikan buku, Pergolakan Pemikiran Islam.
Baca Juga:
Setting dan kondisi medan perjuangan Gie saat itu, dalam pandangan Adam Adli, tak jauh beda dengan idealisme yang diperjuangkannya saat ini di Malaysia. "Soe Hok Gie turut menurunkan Orde Lama dan menaikkan Orde Baru. Namun orang tak pernah mempermasalahkan tindakannya tersebut," kata Adam.
Karena itu, pemuda kelahiran Pulau Pinang, 3 Juli 1989, ini menyarankan pada kawan-kawannya untuk membaca buku Catatan Seorang Demonstran, yang dibukukan dari catatan harian Soe Hoek Gie.
Demi tetap menjaga idealismenya, Adam mengaku tak berafiliasi dengan partai politik tertentu. "Kalau sudah masuk partai, kita tak bisa bergerak bebas. Saya lebih suka menghindari partai politik," ujarnya.
Baca Juga:
Setelah tindakan nekatnya menurunkan bendera bergambar Perdana Menteri akhir 2011 lalu, Adam diskors selama tiga semester dari Universiti Pendidikan Sultan Idris (UPSI), tempatnya belajar. "Ambil positifnya saja. Mungkin, dengan diskors tiga semester, saya bisa lebih fokus menggalang gerakan," katanya.
MASRUR (KUALA LUMPUR)