TEMPO.CO , Ponorogo--Puluhan mahasiswa Indonesia di Suriah hingga kini masih bertahan meski perang saudara antar kelompok di negara setempat sudah menjalar ke ibukota Suriah, Damaskus. “Sampai sekarang mereka masih bertahan dan enggan pulang karena kalau pulang khawatir sulit kembali lagi ke Syiria (Suriah),” ujar salah satu pengasuh Pondok Modern “Darussalam”, Gontor, yang juga Pembantu Rektor Bidang Kerja Sama Internasional Institut Studi Islam Darussalam, Amal Fathullah, Rabu, 18 Juli 2012.
Informasi itu diterima Amal dari Ketua Ikatan Keluarga Pondok Modern (IKPM) Gontor di Suriah. Dari sekitar 70 mahasiswa yang kuliah tingkat sarjana dan pasca sarjana di sana, tujuh di antaranya merupakan alumni Pondok Modern Darussalam, Gontor, Kabupaten Ponorgo, Jawa Timur.
Menurutnya, para mahasiswa Indonesia di Suriah umumnya kuliah di Universitas Damaskus dan sejumlah universitas lain. “Selain tinggal di asrama kampus, mereka juga ada yang menyewa rumah di luar kampus,” ucapnya.
Ia menghimbau agar para mahasiswa segera pulang ke Indonesia. “Sebab nyawa lebih penting dari sekolah. Kalau memang tidak memungkinkan bisa sekolah di tempat lain,” katanya.
Amal menambahkan bahwa Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Suriah sebenarnya sudah menghimbau agar para mahasiswa segera mendaftarkan diri untuk dipulangkan namun hingga kini belum banyak yang mendaftar. “Sudah ada dua orang yang mendaftar tapi sampai sekarang belum mau pulang,” tuturnya.
Mereka masih takut jika pulang ke Indonesia akan sulit untuk kembali ke Suriah akibat ketatnya syarat administrasi dan faktor keamanan. “Pemeriksaan di sana memang ketat sekali, pernah ada mahasiswa Indonesia yang dicurigai sebagai teroris karena nama yang sama,” katanya.
Sebagai akademisi, Amal melihat konflik yang terjadi di Suriah melibatkan kelompok Syiah dan Sunni. Rezim penguasa dikuasai kelompok Syiah yang dianggap otoriter. Kelompok Sunni yang selama ini tertindas akhirnya melakukan perlawanan.
ISHOMUDDIN