TEMPO.CO , Paris - Kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet 100 di Indonesia adalah pukulan bagi bangkitnya industri penerbangan Rusia. Namun, bekas Uni Soviet ini akan sedikit terselamatkan mukanya jika dalam kecelakaan yang terjadi Rabu pekan lalu di Gunung Salak, Bogor ini sang pilotlah yang dinyatakan bersalah.
"Kalau kesalahan pilot, maka itu bukan pukulan besar bagi industri kedirgantaraan Rusia. Namun, jika itu adalah masalah teknis dengan pesawat, maka benar-benar dapat mempengaruhi persepsi pelanggan mengenai kemampuan pesawat," kata Tom Chruszcz, direktur di lembaga pemeringkat Fitch.
Para analis belum bisa mengatakan sejauh mana kecelakaan pesawat yang baru pertama kali dibuat sejak runtuhnya Soviet ini akan merusak mimpi membangun kejayaan kembali penerbangan Rusia. Namun, katanya, hal ini akan menjadi pukulan psikologis pada saat keselamatan udara domestik saat ini juga mendapat sorotan.
Pesawat ini sedang dalam tur promosi di Indonesia ketika mengalami kecelakaan. Sebelumnya, pesawat yang sama sudah unjuk kebolehan di beberapa negara di Asia, antara lain Laos.
Dengan kebanggaan nasional begitu banyak diinvestasikan dalam proyek pesawat yang relatif muda ini, kecelakaan itu kemungkinan akan mengguncang keyakinan pembeli, kata Chruszcz.
Baca Juga:
Presiden Vladimir Putin, saat masih menjabat sebagai perdana menteri, sangat menaruh harapan pada SSJ-100. Pesawat ini ditimang-timang Putin akan mampu menghidupkan kembali sektor kedirgantaraan untuk menunjukkan kekuatan industri Moskow di luar negeri dan membantu mendongkrak kampanyenya hingga meraih kursi presiden saat ini.
Dibangun oleh pembuat pesawat perang terbesar Uni Soviet, SSJ-100 memang diutamakan untuk kebutuhan ekspor. Rusia telah menyatakan ambisi untuk menjual pesawat senilai US$ 250 miliar ini pada tahun 2025. Bahkan, Putin menggadang pesawat ini mampu bersaing dengan raksasa industri penerbangan lain di AS dan Eropa.
TRIP B | THE MOSKOW TIMES