TEMPO.CO, Port Moresby - Sebanyak 100 orang diperkirakan masih terjebak di kapal feri milik Papua Nugini yang tenggelam kemarin. Kapal bernama Rabaul Queen itu tenggelam dalam perjalanannya dari Kimbe, sebuah pulau di New Britain menuju Kota Lae.
Otoritas Keamanan Maritim Papua Nugini, Rony Naigu, mengatakan kapal tersebut dihantam tiga badai besar di lepas pantai timur Papua Nugini. “Daftar penumpang belum dirilis, namun diperkirakan penumpang kapal itu lebih dari 350,” kata Naigu. “Seratus orang diperkirakan masih terjebak di dalam kapal.”
Naigu bersama regu penyelamat berjaga di sekitar pantai tempat tenggelamnya kapal. Mereka meminta keterangan dari para korban. “Perahu karet bantuan yang kami lemparkan ke laut banyak yang tak berpenumpang. Itu artinya masih banyak korban yang belum ditemukan,” kata Naigu.
Otoritas Keamanan Maritim Australia mengatakan kondisi cuaca mulai membaik walaupun kecepatan angin yang mencapai 30 knot atau 55 kilometer per jam masih menghambat pencarian korban.
“Sampai kini belum ada mayat yang ditemukan,” kata juru bicara otoritas tersebut. Suhu wilayah perairan hingga Jumat pagi berkisar antara 24-26 derajat Celsius. Dengan temperatur tersebut diperkirakan korban bisa bertahan dua hingga tiga hari.
Baca Juga:
Terhambatnya komunikasi antara regu penyelamat dan perusahaan operator kapal membuat keluarga korban frustrasi. Kantor perusahaan di New Britain bahkan dilempari batu oleh keluarga korban yang protes.
Inspektur Polisi di New Britain, Samson Sigurayu, menjelaskan kondisi para pemrotes. “Anggota keluarga korban marah dan menangis di depan kantor kapal Rabaul Queen,” katanya.
Manajemen perusahaan hingga kini belum memastikan penyebab tenggelamnya feri yang memiliki panjang 47 meter tersebut.
Papua Nugini, negara kepulauan di selatan Samudra Pasifik, memiliki peralatan keselamatan transportasi yang minim. Padahal penduduknya sangat mengandalkan transportasi laut.
REUTERS | SATWIKA MOVEMENTI