Gillard, 49 tahun, disambut hangat oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara. Mereka berbincang selama lebih dari sejam, membahas sejumlah agenda, seperti Kesepakatan Kemitraan Ekonomi Komprehensif. "Kami ingin lebih dari sekadar tukar-menukar barang," katanya. "Kami ingin lebih dari itu."
Lalu, apa kata dia soal imigran gelap dan Schapelle Corby, terpidana kasus penyelundupan narkoba asal Australia? Di sela kunjungan singkatnya di Jakarta, pemimpin Partai Buruh yang bikin heboh karena mengaku atheis itu menerima Andree Priyanto dari Tempo beserta empat wartawan dari Kompas, The Jakarta Post, Femina, dan RCTI untuk sebuah wawancara khusus di Four Seasons Hotel, dalam suasana yang rileks. Berikut petikannya.
Seperti apa hubungan Indonesia-Australia di mata Anda?
Kami sudah menjadi teman yang baik sejak lama. Karena itu, saat presiden Anda berbicara di parlemen, beliau mendapat sambutan hangat. Kita punya hubungan kemitraan dan hubungan pertemanan yang strategis. Karena itu, kita bisa bekerja sama dalam menggarap isu-isu di kawasan dan dunia. Karena itu pula, sebagai Perdana Menteri saya amat berkomitmen terhadap kelanjutan hubungan ini di masa yang akan datang.
Kerja sama apa saja yang baru disepakati?
Kami baru saja sepakat membahas Kesepakatan Kemitraan Ekonomi Komprehensif. Tentu saja kami menekankan pada Traktat Perdagangan Bebas ASEAN-Australia-Selandia Baru. Tapi kami ingin lebih dari sekadar tukar-menukar barang. Lebih dari itu, kami ingin kerja sama investasi, lebih banyak lagi capacity building itu yang kami bahas dengan presiden Anda.
Kerja sama pendidikan?
Dalam pembicaraan dengan Presiden, saya juga mengungkapkan komitmen Australia untuk memberikan dana tambahan sebesar setengah miliar dolar untuk pendidikan di Indonesia guna pembangunan 2.000 lagi sekolah dan 1.500 madrasah. Juga bantuan dana tambahan buat pemulihan para korban bencana. Kami juga membahas penyelundupan manusia dan pertukaran tahanan. Itu semua yang kami diskusikan dengan Presiden.
Soal penanganan imigran gelap?
Tentu saya membahas pergerakan orang yang luar biasa di kawasan. Kami bekerja sama dengan pemerintah Indonesia. Aparat penegak hukum kedua negara bekerja sama dengan baik. Saya sangat menghargai itu. Presiden Yudhoyono mengungkapkan keinginan Indonesia untuk menjadikan penyelundupan orang sebagai kejahatan kriminal.
Bagaimana Australia akan bekerja sama dengan Indonesia dalam mengatasi problem kawasan?
Saya kira sangat bijaksana, seiring dengan kian dewasanya hubungan kedua negara. Karena itu, kami secara langsung mendukung pembangunan pekerjaan di sini di Indonesia. Itu sebabnya, Australia memberikan batuan dana setengah miliar dolar untuk pendidikan karena Indonesia dan Australia menganggap tak ada yang lebih penting bagi masa depan kecuali pendidikan.
Anda salah satu perempuan yang bisa menjadi presiden di dunia. Apakah ini pertanda kian banyaknya perempuan yang berkualitas?
Lepas dari itu semua, menurut saya ini karena pandangan masyarakat dewasa ini sudah berubah. Itu juga yang kami alami di Australia. Laki-laki dan perempuan sekarang berbagi peran dan semakin setara dalam banyak bidang, terutama kepemimpinan.
Apakah ini berarti kepemimpinan perempuan lebih diakui?
Saya kira soal kepemimpinan tak ada kaitannya dengan gender (jenis kelamin) dan juga kemampuan atau kapasitas orang tersebut. Saya kira setiap orang punya kemampuan untuk memimpin dengan gaya kepemimpinan masing-masing yang khas.
Anda minta Presiden SBY mengampuni Schapelle Corby?
Dalam pertemuan dengan Presiden Yudhoyono, saya menyinggung soal grasi untuk warga kami, Nona Corby. Saya ungkapkan bahwa pemerintah Australia mendukung sekali pemberian grasi baginya dan setelah itu kami membahas soal pertukaran tahanan.
Apa alasan pemerintah Australia mendukung grasi itu?
Semata-mata karena alasan kemanusiaan.