Bukan hanya rahasia itu yang menghebohkan. Statusnya sebagai putra Sheikh Hassan Yusuf-lah, tokoh senior Hamas di Tepi Barat, yang membuat cerita itu makin mengguncangkan. Mossab membeberkan ceritanya sebagai pengkhianat itu dalam bukunya berjudul Son of Hamas, yang diterbitkan di Amerika Serikat pada awal bulan ini.
Di kalangan mata-mata Israel, ia dikenal dengan nama samaran “Pangeran Hijau”. Lantaran informasi dari Mossab, negara Zionis itu mampu membunuh sejumlah tokoh pejuang Palestina. Shin Beth berhasil pula menahan lusinan di antaranya dan menggagalkan banyak rencana bom bunuh diri, termasuk yang menyasar Shimon Peres pada 2001. Ia bergabung di sana pada 1997-2007.
Menurut Mossab, misi rahasia paling penting yang ia kerjakan selama bergabung di Shin Beth adalah penangkapan 30 pemimpin rahasia Hamas di Tepi Barat, termasuk Ibrahim Hamid dan Marwan Barghuti. Merekalah yang mengatur keuangan dan seluruh kegiatan organisasi itu di sana. Insiden itu berlangsung pada November 2004. “Hamid bertanggung jawab atas kematian 80 warga Israel. Itu tugas terakhir saya di Shin Beth,” katanya
Lelaki 32 tahun yang menetap di California, Amerika, sejak tiga tahun yang lalu ini pun mengetahui rencana penangkapan kembali ayahnya pada September 2005. Shin Beth memberi tahu dia, itulah satu-satunya cara menyelamatkan Sheikh Hassan Yusuf. Hingga kini, tokoh moderat Hamas itu masih dipenjara.
Sejatinya, itu bukan kejutan pertama dari Mossab. Dua tahun yang lalu ia pernah mengumumkan masuk Kristen. Namanya berganti menjadi Joseph. Namun pihak keluarga tidak mempercayai berita yang dilansir surat kabar Israel, Haaretz, itu.
Baca Juga:
Tapi pengakuan Mossab pernah menjadi anggota Shin Beth telah membuat Sheikh Hassan Yusuf kebakaran jenggot. Melalui suratnya dari penjara, ia mengumumkan tidak mengakui lagi Mossab sebagai anaknya. Mossab memiliki lima saudara lelaki dan dua saudara perempuan. Ia besar di Ramallah, Tepi Barat, sekitar sepuluh kilometer dari Yerusalem.
Mossab tidak terlalu reaktif menanggapi talak itu. Ia bahkan menuding Hamas telah memaksa ayahnya melakukan hal itu. “Ini membuat saya berjuang lebih bersemangat menghadapi gerakannya (Hamas). Saya menyayangi ayah saya, namun gerakannya (Hamas) arogan dan iblis,” ujarnya.
Sejatinya, pengkhianatan yang dilakukan Mossab bukan hal baru. Pada 1998, sebanyak 80 orang yang menjadi informan Israel dipindahkan ke Sderot lantaran nyawa mereka dan keluarganya terancam. Kota itu hanya satu kilometer dari perbatasan Jalur Gaza.
Fulus memang bisa mengubah segalanya, termasuk iman dan rasa cinta terhadap tanah air.
Haaretz | Faisal Assegaf